Senin, 27 Januari 2020

Perlengkapan Tari Topeng

Tari topeng
Tidak hanya topeng, Saat akan mementaskan tarian ini, banyak perlengkapan yang harus dipersiapkan. Perlengkapan busana seperti baju yang berlengan dan dasi dengan peniti ukon. Ukon adalah mata uang pada zaman dulu. Tak lupa juga ikat pinggang yang dilengkapi badong, keris, gelang, dan juga kain batik.
Selain itu perlengkapan yang harus dikenakan adalah kain sampur atau selendang, kaos kaki putih sepanjang lutut, dan Mongkron yang terbuat dari batik lokoan. Penari topeng juga mengenakan  celana bawah lutut. Perlengkapan paling penting dalam pementasan tarian ini adalah kedok atau topeng, yang terbuat dari kayu.
Untuk memakai topeng ini adalah dengan cara digigit pada bantalan karet di bagian dalam topeng tersebut. Selain itu penari juga mengenakan penutup kepala yaitu sobra, yang dilengkapi dengan dua buah sumping dan jamangan. Pada saat mementaskan topeng tumenggung, busana penari ditambah dengan mengenakan tutup kepala kain ikat dan dilengkapi dengan peci dan kaca mata.
Tari topeng
Tidak hanya satu jenis alat musik saja yang mengiringi tarian ini. Perpaduan antara beberapa alat musik, membuat tarian ini menjadi unik dan penonton mudah terbawa dalam suasana pentas. Ada beberapa alat musik untuk mengiringi pementasan tarian ini, antara lain:
  • Satu Pangkon Saron.
  • Satu Pangkon Bonang.
  • Tiga Buah Gong yaitu Kiwul, Sabet, Telon.
  • Satu Pangkon Titil.
  • Satu Pangkon Kenong.
  • Seperangkat Alat Kecrek.
  • Satu Pangkon Jengglong.
  • Satu Pangkon Ketuk.
  • Dua Buah Kemanak.
  • Satu Pangkon Klenang.
  • Seperangkat Kendang Yang Terdiri Dari Ketiping, Kepyang, dan Gendung.   

    Lagu-Lagu Pengiring Tari Topeng

    Tari topeng
    Pada saat pementasan, tarian ini tidak hanya diiringi musik saja, melainkan juga diiringi oleh lagu lagu. Hal ini akan menambah keunikan dari tarian ini. Lagu untuk mengiringi tarian ini tidak hanya satu lagu saja, melainkan ada beberapa lagu antara lain:
    • Kembangsungsang Untuk Topeng Panji.
    • Kembangkapas Untuk Topeng Samba.
    • Rumyang Untuk Topeng Rumyang.
    • Tumenggung Untuk Topeng Tumenggung.
    • Gonjing Untuk Topeng Kelana.
    Tari Topeng adalah tarian tradisional yang berasal dari Cirebon Jawa Barat. Dalam Tarian ini terdapat 5 jenis topeng yaitu Topeng Panji, Topeng Samba, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung dan juga Topeng Kelana. Masing-masing topeng memiliki karakter dan keunikan yang berbeda-beda. Topeng-topeng tersebut memiliki cerita yang berbeda antara topeng satu dengan topeng yang lain.
    Pementasan tarian ini bertujuan untuk hiburan dan juga untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat. Dalam Tarian ini terdapat beberapa topeng dengan simbol-simbol yang mengandung banyak pesan moral.
    Seperti ajakan untuk hidup di jalan yang lurus serta ajakan untuk perbanyak berdzikir dan istighfar. Pada setiap jenis topeng juga terdapat makna dan cerita.
    Sumber: https://www.romadecade.org/tari-topeng/

Pagelaran Tari topeng


 Topeng – Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan tradisional. Negara yang mempunyai kesenian tradisional yang sangat beragam, seperti tarian-tarian daerah. Tarian pada setiap daerah memiliki keunikan sendiri-sendiri. Salah satu tarian asli dari Indonesia yang cukup unik adalah Tari Topeng.

Tari topeng merupakan tarian tradisional yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tarian ini dipentaskan oleh penari-penari yang memakai topeng. Keunikan dari tarian ini adalah topeng yang dikenakan mempunyai karakter yang berbeda-beda.
Penari yang mementaskan Tari Topeng disebut Dalang. Karena setiap penari memerankan karakter pada topeng yang dikenakan. Tarian ini dapat dipentaskan oleh satu orang penari dan juga dapat dipentaskan oleh beberapa orang penari.
Seiring perkembangan teknologi yang begitu cepat, sekarang pagelaran tarian ini di pentaskan di dalam gedung, dan lampu listrik sebagai peneranganya. Tujuan pagelaran tarian ini dibagi menjadi 3 bagian antara lain:

1. Pagelaran Komunal

Pagelaran yang diselenggarakan untuk semua anggota masyarakat. Hampir semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam pagelaran tarian ini. Acaranya cukup spektakuler, ada arak-arakan dalang dan ada juga atraksi-atraksi. Biasanya pagelaran ini diselenggarakan lebih dari satu malam. Contoh dari pagelaran komunal adalah hajatan desa, ngunjung atau ziarah kubur, dan ngarot kasinom (acara kepemudaan).

2. Pagelaran Individual

Acara pagelaran yang diadakan oleh perorangan. Misalnya untuk memeriahkan acara pernikahan, khitan, dan khaulan atau seseorang yang melaksanakan nazar. Biasanya pagelaran ini dipentaskan di halaman rumah si pemilik hajat.

3. Pagelaran Babarangan

Pagelaran ini merupakan acara pementasan keliling kampung, hal ini dilakukan karena inisiatif dari dalang topeng itu sendiri. Biasanya pagelaran ini berkeliling di desa yang sudah melakukan panen, jika di desa belum panen maka keliling dilakukan di kota yang ramai. Saat di desa belum panen, keliling kota dilakukan karena di desa sedang mengalami kekeringan dan di desa itu sedang sepi penduduk.

Wayang Topeng malangan

Tari Topeng Cirebon. Topeng adalah sebuah karya seni yang tercipta sebagai perwujudan atau ekspresi tentang konsep batin yang berhubungan dengan wajah. Di Indonesia sendiri, keberadaan karya seni purba ini telah begitu melekat dalam kebudayaan masyarakatnya.
Meskipun belum mewakili semuanya, sebelum ini telah juga dituliskan tentang kesenian bertopeng, termasuk Wayang Topeng MalanganTari BarongTelek dan Dramatari Topeng Bali. Dalam artikel ini, kita akan mencoba lebih dekat dengan Tari Topeng dari Cirebon.
Disebut sebagai Tari Topeng Cirebon karena ini adalah kesenian tari asli Cirebon yang dalam prakteknya menggunakan properti topeng atau kedok.
Sebagai salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon, tari ini juga bisa didapati di Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari dan Brebes. Tari ini terkadang dimainkan oleh satu orang, namun terkadang juga dibawakan oleh beberapa orang.
Salah satu kekhasan tari topeng ini adalah pada gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, sementara iringan musiknya di dominasi oleh kendang dan rebab. Keunikan lainnya adalah adanya proses pewarisan keahlian dari generasi tua kepada yang lebih muda.
Seperti diketahui, tari ini memiliki keragaman gaya tarian, adapun proses pewarisan erat hubungannya dengan adat istiadat sebuah desa atau daerah yang memiliki tari topeng dengan kekhasan tersendiri.

Perihal Topeng Cirebon

Topeng Cirebon biasanya terbuat dari bahan kayu lunak sehingga mudah dibentuk, misalnya kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga ataupun kayu Lame. Meski terbuat dari bahan yang lunak, tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian dalam pembuatannya.
Bahkan bagi seorang pengrajin ahli, membuat satu topeng membutuhkan waktu hingga satu hari. Disamping adanya proses pewarisan keahlian dari generasi ke generasi, kelestarian tradisi pembuatan topeng berkembang seiring dengan perkembangan kesenian yang menggunakannya, diantaranya adalah Tari Topeng Cirebon.
Sebagai sebuah karya seni, topeng dibuat bukan hanya dipandang sebagai kedok penutup wajah. Dalam filosofi kebudayaan Cirebon, topeng lebih berfungsi sebagai hiasan bagian depan sorban atau penutup kepala.
Istilah topeng sendiri dalam lingkup masyarakat Cirebon terbentuk dari dua kata yakni “ketop-ketop” yang berarti berkilauan dan “gepeng” yang berarti pipih. Kedua istilah tersebut mewakili sebuah elemen yang ada di bagian muka sobrah atau tekes, yaitu hiasan di kepala sang penari.
Topeng Cirebonan hadir dalam beragam jenis, namun ada lima topeng utama yang biasa ditampilkan dan dikenal dengan Topeng Panca Wanda (topeng lima wanda atau lima rupa), diantaranya sebagai berikut :
  • Topeng Panji : Berwajah putih bersih sebagai penggambaran kesucian bayi yang baru lahir.
  • Topeng Samba (Pamindo) : Mewakili wajah anak-anak yang ceria, lucu dan lincah.
  • Topeng Rumyang : Dibentuk untuk melambangkan seorang remaja.
  • Topeng Patih (Tumenggung) : Mewakili wajah kedewasaan, berkarakter tegas, berkepribadian dan bertanggung jawab.
  • Topeng Kelana (Rahwana) : Dibentuk sedemikian rupa untuk menggambarkan seseorang yang sedang marah.
Sumber: https://blogkulo.com/tari-topeng-cirebon/

Tari Topeng Cirebon

Minggu, 26 Januari 2020

Tari Topeng Priangan yang merupakan sebuah tarian khas dari Jawa Barat.

Tari Topeng Priangan yang merupakan sebuah tarian khas dari Jawa Barat.

Gerakan Tari Topeng Priangan sendiri memang terbilang mirip dengan Tari Topeng Cirebon. Yang membedakannya yaitu, Tari Topeng Priangan lebih difokuskan pada gerakan tari Puteri.

Berbicara soal kostum, setiap tarian khas daerah pastinya memiliki kostum tersendiri. Begitu juga dengan kostum yang digunakan dalam Tari Topeng Priangan, yang menggunakan kain kebat yang dikombinasi dengan tekes (penutup kepala) yang terlihat menggunung tinggi.

Awal mula hadirnya Tari Topeng Priangan sendiri yaitu sejak berkembangnya tari topeng yang berkembang di Jawa Barat sekitar tahun 1900. Berawal dari tari Topeng Bebearang yang ditampilkan pada pertunjukan keliling.

Setelah itu awal dari Tari Topeng Priangan di tahun 1900an berlanjut di daerah Garut, Tasikmalaya, Bogor, Sumedang dan Bandung. Daerah-daerah tersebut dikabarkan kerap didatangi oleh rombongan Tari Topeng Cirebon. Lalu di tahun 1925 beberapa penari dari tanah pasundan belajar banyak dari tari Topeng Cirebon yang membuahkan beberapa tarian lainnya. Antara lain yaitu Tari Menak Jingga, Damar Wulan, Menak Koncar, Jingga Anom serta Pamindo.

Namun dalam perkembangan lanjutan dari Tari Topeng Priangan, Gerakan Tarian Cirebon kalah peminat dibanding Tari Keurseus. Hal itu lantaran gerakan tarian Keurseus susah untuk diikuti, serta permainan gamelan dan gendangnya pun sangat khusus dan rumit untuk dipelajari.

Hingga akhirnya terciptanya Tari Topeng baru usai tari Keurseus. Tari Topeng baru itu sendiri  telah ditata kembali, baik dari unsur gerakan, iringan tari, serta pendek panjangnnya materi tarian, serta pada kostumnya yang saat ini dikenal dengan Tari Topeng Priangan.

Seni tari menjadi salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Setiap daerah memiliki tari-tarian dengan keunikannya sendiri. Misalnya, Tari Topeng dari Cirebon, Jawa Barat, merupakan seni tari pertunjukan yang sarat akan simbol-simbol bermakna yang diharapkan bisa dipahami oleh penontonnya. Simbol-simbol yang dimaksud bisa berupa nilai kepemimpinan, cinta, atau kebijaksanaan yang disampaikan melalui media Tari Topeng.

Bahkan di Cirebon, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menggunakan tarian ini sebagai alat untuk menyiarkan agama Islam, sekaligus menjadi hiburan di lingkungan keraton.

Tari Topeng sendiri sebenarnya sudah ada sekitar abad ke-10 atau ke-11 Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Panji Dewa, Raja Jenggala di Jawa Timur. Seni tari ini kemudian dibawa oleh seniman jalanan ke Cirebon yang selanjutnya mengalami proses akulturasi. Dari Cirebon, seni tari ini lalu menyebar lagi ke daerah-daerah lain di Jawa Barat. Di provinsi ini, terdapat dua jenis Tari Topeng, yaitu Tari Topeng Cirebon dan Tari Topeng Priangan.

Simbol-simbol sarat makna dari sebuah pementasan Tari Topeng disampaikan melalui warna topeng, jumlah topeng, dan juga jumlah gamelan pengiringnya. Total jumlah topengnya ada sembilan, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lima topeng pokok (panji, samba atau pamindo, rumyang, tumenggung atau patih, kelana atau rahwana) dan empat topeng lainnya lainnya (pentul, nyo atau sembelep, jingananom dan aki-aki) digunakan jika lakon yang dimainkan berjudul Jaka Blowo, Panji Blowo, atau Panji Gandrung.

Lima topeng pokok disebut sebagai Topeng Panca Wanda yang artinya topeng lima watak. Panji, misalnya, diartikan sebagai seorang bayi iyang masih bersih atau tidak berdosa. Pamindo menggambarkan kesatria. Patih menggambarkan kedewasaan.

Salah satu maestro Tari Topeng yang dimiliki Indonesia adalah Mimi Rasinah, pemilik Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah. Tidak hanya topeng, Saat akan mementaskan tarian ini, banyak perlengkapan yang harus dipersiapkan. Perlengkapan busana seperti baju yang berlengan dan dasi dengan peniti ukon. Ukon adalah mata uang pada zaman dulu. Tak lupa juga ikat pinggang yang dilengkapi badong, keris, gelang, dan juga kain batik.

Selain itu perlengkapan yang harus dikenakan adalah kain sampur atau selendang, kaos kaki putih sepanjang lutut, dan Mongkron yang terbuat dari batik lokoan. Penari topeng juga mengenakan  celana bawah lutut. Perlengkapan paling penting dalam pementasan tarian ini adalah kedok atau topeng, yang terbuat dari kayu.

Untuk memakai topeng ini adalah dengan cara digigit pada bantalan karet di bagian dalam topeng tersebut. Selain itu penari juga mengenakan penutup kepala yaitu sobra, yang dilengkapi dengan dua buah sumping dan jamangan. Pada saat mementaskan topeng tumenggung, busana penari ditambah dengan mengenakan tutup kepala kain ikat dan dilengkapi dengan peci dan kaca mata.

Tidak hanya satu jenis alat musik saja yang mengiringi tarian ini. Perpaduan antara beberapa alat musik, membuat tarian ini menjadi unik dan penonton mudah terbawa dalam suasana pentas. Ada beberapa alat musik untuk mengiringi pementasan tarian ini, antara lain:

Satu Pangkon Saron.

Satu Pangkon Bonang.

Tiga Buah Gong yaitu Kiwul, Sabet, Telon.

Satu Pangkon Titil.

Satu Pangkon Kenong.

Seperangkat Alat Kecrek.

Satu Pangkon Jengglong.

Satu Pangkon Ketuk.

Dua Buah Kemanak.

Satu Pangkon Klenang.

Seperangkat Kendang Yang Terdiri Dari Ketiping, Kepyang, dan Gendung.

Pada saat pementasan, tarian ini tidak hanya diiringi musik saja, melainkan juga diiringi oleh lagu lagu. Hal ini akan menambah keunikan dari tarian ini. Lagu untuk mengiringi tarian ini tidak hanya satu lagu saja, melainkan ada beberapa lagu antara lain:

Kembangsungsang Untuk Topeng Panji.

Kembangkapas Untuk Topeng Samba.

Rumyang Untuk Topeng Rumyang.

Tumenggung Untuk Topeng Tumenggung.

Gonjing Untuk Topeng Kelana.

Tari Topeng adalah tarian tradisional yang berasal dari Cirebon Jawa Barat. Dalam Tarian ini terdapat 5 jenis topeng yaitu Topeng Panji, Topeng Samba, Topeng Rumyang, Topeng Tumenggung dan juga Topeng Kelana. Masing-masing topeng memiliki karakter dan keunikan yang berbeda-beda. Topeng-topeng tersebut memiliki cerita yang berbeda antara topeng satu dengan topeng yang lain.

Pementasan tarian ini bertujuan untuk hiburan dan juga untuk menyampaikan pesan moral kepada masyarakat. Dalam Tarian ini terdapat beberapa topeng dengan simbol-simbol yang mengandung banyak pesan moral.

Seperti ajakan untuk hidup di jalan yang lurus serta ajakan untuk perbanyak berdzikir dan istighfar. Pada setiap jenis topeng juga terdapat makna dan cerita

Babak Pentas Tari Topeng Khas Cirebon



Pementasan Tari Topeng Cirebon ini berlangsung selama 5 babak dan setiap babak berjalan 1 jam. Topeng yang muncul ada 5 tokoh, yaitu topeng Panji, Samba, Tumenggung, Kalana dan Rumyang dan Kelima tokoh ini dibawakan oleh penari yang sama, yaitu dalang topeng. Kelima topeng itu menggambarkan watak manusia.

1.    Tari Topeng Panji, tarian jenis ini melambangkan kesucian anak yang baru lahir. Motif topengnya berwarna putih bersih, hanya ada mata, hidung, dan mulut, belum ada guratan lain. Gerakan tari jenis ini masih sangat sederhana, hanya “adeg-adeg”, menggunakan baju dan atribut serba putih.

2.    Tari Topeng Samba, jenis tarian ini melambangkan perkembangan balita atau kelincahan manusia di masa kanak-kanak. Gerakannya mulai genit, lincah, dan lucu tetapi, kurang luwes atau masih ragu. Wujud topengnya sudah mulai ada goretannya, warnanya pink keputihan. Untuk kostum sendiri berwarna hijau daun.

3.    Tari Topeng Rumyang, tari topeng ini punya ukiran sederhana, dengan warna dasar merah muda. Tarian ini memiliki makna remaja yang sudah mulai mencari jati dirinya. Akan terlihat dari gerakannya yang “labil”, dengan pengulangan-pengulangan

4.    Tari Topeng Tumenggung, tarian ini menggambarkan manusia yang sudah menginjak dewasa dan telah menemukan jati dirinya. Sikapnya tegas, berkepribadian, bertanggung jawab dan memiliki jiwa korsa yang paripurna. Topengnya berkumis, dengan banyak guratan yang berwibawa. Kostum penari berwarna hitam, yang bisa bijak menyesuaikan dengan warna mana pun, seperti makna sikapnya. Dalam struktur kerajaan, tumenggung merupakan patih atau panglima perang.

5.    Tari Topeng Kelana memiliki ukiran topeng yang paling rumit, juga banyak ikatannya di atas topeng. Topeng dan kostum penari berwarna merah. Tariannya agresif dan enerjik karena merupakan akumulasi gerakan dari semua tari topeng tadi. Tarian ini melambangkan sifat angkara murka yang terdapat dalam manusia.





Seiring dengan berjalannya waktu, tarian yang kini mulai langka ini, kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang

Mungkin tidak banyak yang tahu siapa sosok Rasinah. Namun, bagi masyarakat Jawa Barat, namanya begitu melegenda di balik keberingasan dan kegemulaiannya di atas panggung, meskipun kini dirinya telah tiada.

Mimi Rasinah, begitulah ia kerap dipanggil. Mimi merupakan sebutan masyarakat Indramayu dan Cirebon untuk ibu, sedangkan sebutan untuk ayah adalah mama.

Dedikasinya pada tari topeng telah memberikan inspirasi bagi banyak kalangan. Bahkan kiprahnya pun juga didokumntasikan dalam film berjudul Rasinah: The Enchanted Mask yang berdurasi 54 menit dan disutradarai oleh Rhoda Graurer, asal Amerika Serikat.

Mimi Rasinah bertekad untuk terus membawakan tarian yang konon diciptakan pertama kali oleh Sunan Gunung Jati sebagai media penyebaran agama islam di wilayah Cirebon, sampai akhir nyawanya. Tanpa keluh, Mimi Rasinah pun akah tetap menari meskipun fisiknya sedang sakit.

Wanita kelahiran 3 Februari 1930 ini telah menggeluti tari topeng yang diajarkan ayahnya sejak usia lima tahun. Memiliki kedua orangtua yang merupakan penggiat seni, tak heran jika darah seniman mengalir dalam diri Mimi Rasinah.

Mimi Rasinah cilik bahkan sudah ikut mengamen tari topeng berkeliling bersama ayahnya. Kehidupan yang keras telah menempanya sejak kecil, seperti saat Jepang menyerbu Indramayu. Kelompok tari keliling milik ayahnya dibekukan, karena dianggap sebagai mata-mata oleh Jepang. Semua perangkat tari topengnya pun dimusnahkan. Hingga pada akhirnya, Lastra, ayah Mimi Rasinah, ditembak mati oleh Belanda, karena diangap sebagai intel berkedok tari topeng.

Badai kembali menguji Mimi Rasinah. Adanya tragedi Gestapu melarangnya untuk menampilkan lincah gemulai tari topeng, karena dianggap sebagai tarian yang seronok. Tak cukup dengan itu, tahun 1970 pun kembali menjadi mimpi buruk bagi kesenian yang diusungnya. Adanya sandiwara pantura membuat tarian topengnya tersingkir.

Dengan berat hati Mimi Rasinah pun menjual semua topeng beserta aksesorisnya. Ia melanjutkan hidup dengan membangun kelompok sandiwara pantura, menggunakan uang hasil penjualan. Selama dua puluh tahun lebih, hidup Mimi Rasinah pun semakin menjauh dari panggilan jiwanya sebagai seniman tari topeng. Beberapa pekerjaan ia lakoni, sebagai penabuh gamelan hingga pengasuh bayi.

Setelah menanti sekian lama untuk menggapai mimpinya, tahun 1999, seorang dosen Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, Endo Suanda, beserta Toto Asmar, menemui Mimi Rasinah untuk mengumpulkan kembali harapannya. Kedua pria ini memintanya untuk mempertunjukan tari topeng.

Usia bukan menjadi penghalang bagi Mimi Rasinah untuk membuktikan kecintaannya pada tari topeng, yang membutuhkan energi prima untuk membawakannya. Namun, wanita yang telah lanjut usia itu masih tetap lincah dan gesit membawakan tari topeng. Alhasil, kedua penggiat tari tradisional Jawa Barat itu mendorong Mimi Rasinah untuk kembali ke jalurnya, menjadi seorang wanita yang berlenggak-lenggok di balik topeng.

Dengan semangat yang menggelora, Mimi Rasinah membuktikan jika usia bukanlah halangan untuk terus melestarikan budaya bangsa. Terbukti, panggung bagi wanita kelahiran Indramayu ini pun merambah ke manca negara, dari negeri sakura hingga benua biru Eropa.

Pentas demi pentas ia lakoni, aura magisnya pun terus terpancar di atas panggung. Kecintaan Mimi Rasinah pada belahan jiwanya ini juga ditunjukkan dengan mengajarkan tari topeng di sekolah-sekolah di Indramayu.

Namun, semesta seolah menginginkan Mimi Rasinah berhenti menari. Pada tahun 2006, legenda dari Jawa Barat ini terkena stroke. Meski begitu Mimi Rasinah tetap kukuh tidak mau berhenti menari sampai mati.

Keberadaan sanggar tari topengnya pun diwariskan pada cucunya, Aerli. Biar bagaimana pun Mimi Rasinah tetap tidak ingin menjadi penari yang cengeng dengan berhenti berkarya.

Wanita renta itu terus bergerilya melawan sakitnya. Dalam kondisi badan yang sebagian telah mati karena stroke, undangan menari di Bentara Budaya Jakarta kala itu pun tetap dilakoninya. Aura magis Mimi Rasinah tetap menghipnotis di atas panggung saat memeragakan Tari Panji Rogoh sukma.

Tak ada yang menduga jika tarian tersebut merupakan persembahan terakhirnya. Beberapa hari kemudian, pada 7 Agustus 2010, Mimi Rasinah dipanggil untuk menghadap Sang Pencipta. Meskipun raganya sudah tidak ada, kini nama Mimi Rasinah telah menjadi seorang legenda di balik topengnya.

Edukasi Seni Tari Topeng untuk Lestarikan Budaya Cirebon



PT Pertamina melalui anak usahanya Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (Pertamina Internasional EP) turut serta dalam melestarikan budaya Cirebon. Hal itu dibuktikan dengan menggelar acara Pertamina Budaya di Keraton Kasepuhan Cirebon yang bekerja sama dengan Keraton Kasepuhan Cirebon dan Yayasan Belantara Budaya Indonesia untuk memberikan edukasi seni tari topeng.

Presiden Direktur PIEP, Denie S. Tampubolon menyatakan, Cirebon merupakan kota sejarah yang banyak menyimpan kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan bersama-sama.




"Untuk melestarikan budaya khas Cirebon, bekerja sama dengan Kesultanan Kasepuhan Cirebon dan Yayasan Belantara Budaya Indonesia, kita menyepakati program edukasi tari kepada masyarakat Cirebon dalam setahun ke depan. Saya berharap program kerja sama ini mampu meningkatkan potensi kemandirian masyarakat dan memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional. Semoga kegiatan ini mendapat dukungan positif dari pemerintah setempat serta membangun citra positif perusahaan

Menurut Denie, seni tari topeng bukan hanya sebagai hiburan dan seni semata tetapi memiliki nilai-nilai kehidupan yang sangat relevan dengan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.

Ia mengatakan dalam tarian tersebut terkandung nilai-nilai kepemimpinan, kebijaksanaan dan kasih sayang. Bahkan, tarian ini juga menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa.

"Kalau kita baca sejarah dan nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam seni tari topeng Cirebon, banyak yang bisa kita ambil pelajaran. Salah satunya karakter Topeng Temenggung yang menggambarkan kebaikan kepada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa mengembangkan silih asah, silih asih dan silih asuh. Begitu juga karakter Topeng Klana yang melambangkan kerja keras dan usaha untuk menggapai apa yang dicita-citakan," imbuh Denie.

Ia berharap dengan adanya kegiatan ini masyarakat bisa menjaga kelestarian budaya Indonesia, khususnya seni tari topeng Cirebon yang sudah melegenda dan diwariskan turun-temurun sejak masa Kesultanan Cirebon yang dipimpin Sunan Gunung Jati.

Tari Topeng (Kedok) Tunggal diciptakan tahun 1930 oleh Djiun dan Mak Kinang, pasangan seniman Betawi yang setelah menikah tinggal di Cisalak, sehingga sebagian orang mengenalnya sebagai Topeng Cisalak. Tarian ini diberi nama tari Topeng bukan semata-mata karena penggunaan topeng oleh sang penari, tetapi karena tarian ini menjadi bagian dari pertunjukkan Topeng Betawi, yaitu teater rakyat berbahasa Betawi Pinggir (Betawi Ora) yang terdiri dari musik, tari, nyanyi, lawak dan lakon (sandiwara) dengan tema kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. Pertunjukkan Topeng Betawi diawali dengan permainan musik atau tetalu yang mengiringi lagu langgam sari sebagai tanda dimulainya acara, disusul kemunculan seorang penari perempuan yang disebut “ronggeng” dan memulai tarian Topeng Tunggal.

Awalnya tari Topeng Tunggal diletakkan di akhir pementasan sebagai penutup, tetapi kemudian justru menjadi pembuka acara. Tari ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena ronggeng topeng harus memainkan tiga karakter sekaligus secara berurutan, dan tidak semua penari bisa melakukannya. Tiga karakter dalam tari Topeng Tunggal direpresentasikan melalui (1) Tari Panji, berkarakter lemah lembut dan gemulai disimbolkan oleh topeng berwarna putih, (2) Tari Samba, berkarakter lincah, centil, dan ceria disimbolkan topeng berwarna pink atau merah muda, dan (3) Tari Jingga, berkarakter kuat, gagah berani, dan kasar yang disimbolkan dengan topeng berwarna merah atau merah hati. Penggunaan tiga topeng sekaligus oleh satu orang penari secara berturut-turut menyebabkan tari ini juga dijuluki Tari Tiga Topeng. Seorang ronggeng atau penari Topeng Tunggal seringkali menjadi primadona dalam pertunjukan Topeng Betawi karena kepiawaiannya menarikan tiga segmen tarian tersebut sekaligus. Dahulu para ronggeng harus belajar dan berlatih sendiri tanpa ada mentor seperti sekarang. Keluwesan perpindahan karakter dengan bahasa tubuh yang “pas” tentu saja bukan hal yang mudah. Kesulitan berpindah karakter masih ditambah dengan topeng yang harus dikenakan selama menari, yaitu dengan menggigit kayu yang ada di bagian belakang topeng agar menempel dengan baik di wajah si penari.

Tari Topeng Tunggal terinspirasi dari  Topeng Kecil Cirebon yang menggunakan enam sampai delapan topeng. Bisa dibilang tari Topeng Tunggal merupakan penyederhanaan dari Topeng Cirebon dengan hanya menggunakan tiga buah topeng. Bentuk fisik topeng yang digunakan juga berbeda, topeng Betawi matanya tidak terlalu sipit dan ada hiasan rambut berwarna hitam di bagian atasnya. Tari Topeng Tunggal awalnya diciptakan untuk mengamen dari kampung ke kampung, kemudian menjadi ritual pertunjukan Topeng Betawi yang dianggap mengandung mistis sebagai penolak bala oleh masyarakat masa itu. Setelah teater Topeng Betawi surut kepopulerannya, tari Topeng Tunggal menjadi pertunjukan terpisah yang lebih bersifat hiburan dan kerap tampil dalam hajatan Betawi serta acara-acara adat atau kebudayaan lainnya.

Tari Topeng Tunggal sejak dahulu sudah dipakemkan yakni hanya boleh dibawakan oleh penari perempuan, berbeda dengan tari Topeng Cirebon yang bisa dimainkan oleh penari perempuan maupun lelaki. Begitu juga dengan gerakannya yang sudah pakem. Jenis tari topeng lain yang juga merupakan turunan atau rumpun tari Topeng Betawi gerakannya lebih bervariasi dan bisa disesuaikan dengan musik pengiringnya. Struktur gerak dalam tari Topeng Tunggal khas Betawi, dari karakter topeng pertama sampai ketiga sebenarnya memiliki pola gerak yang hampir sama, yaitu “gerak dasar tari Betawi” tetapi yang membedakannya adalah terdapat kenaikan ritme dan ruang gerak yang semakin luas. Hal inilah yang menjadi pembeda antara masing-masing tarian topeng dalam satu rangkaian tari Topeng Tunggal. Susunan gerak tari Topeng Tunggal terdiri dari (1) Tari Panji: tindak/nindak, tindak selancar, goleng, sembah bedeku; (2) Tari Samba: sembah bedeku, putar di tempat, kiwir-kiwir, gonjingan; (3) Tari Jingga atau Kelana: gonjingan, nindak empat, gagahan, puter selampe, goyang pundak, sembah deku.

Penari Topeng Tunggal mengenakan kebaya yang tertutup dari mulai leher hingga perut dengan bawahan kain batik tumpal tombak Betawi. Terkadang mengenakan baju kurung lengan pendek dengan variasi pola tiga susun di antara lengan atas dan sikut penari. Pada bahu terdapat “toka-toka” terbuat dari bahan sutera dengan warna mencolok, yang dikenakan dengan cara diselempangkan bersilangan di bagian dada. Selain toka-toka ada juga “pandepun” yaitu sehelai kain dari katun atau sutera berwarna emas yang menutupi dada. Fungsi toka-toka dan pandepun sebenarnya sama yaitu untuk menutupi bagian dada. Saat ini sudah ada variasi toka-toka yang langsung diikat di leher, jadi penari cukup mengenakan satu saja. Pinggang penari mengenakan “pending”, ikat pinggang yang terbuat dari logam. Selendang berbahan sutera yang disebut “kewer” sebagai perlengkapan tarian diselipkan pada pending. “Ampreng”, sehelai kain bersulam emas, dikenakan di pinggang untuk menutupi bagian pusar sampai batas lutut, sedangkan “Andong” dikenakan di bagian belakang untuk menutupi panggul. Bagian kepala penari Topeng Tunggal memakai penutup kepala “Kembang Topeng” yang aslinya berbentuk setengah lingkaran dengan rumbai di bagian pinggirannya. Asesoris lainnya berupa anting, kalung, dan gelang. Riasan penari biasanya sederhana, menggunakan rias cantik tetapi tidak tebal berupa alas bedak, bedak, eye shadow, blash on, dan lipstick.

Musik pengiring tari Topeng Tunggal adalah “gamelan topeng” yang juga biasa mengiringi pagelaran teater rakyat Topeng Betawi. Alat musik yang digunakan terdiri dari sebuah rebab, sepasang gendang (gendang besar dan kulanter), satu ancak kenong berpencon tiga, sebuah kecrek, sebuah kempul yang digantungkan pada gantungan, dan sebuah gong tahang atau disebut juga “gong angkong”. Alat musik kenong berpencon tiga dimainkan oleh dua orang pemain, yang seorang menabuh kenong atau “ngenong”, dan lainnya menabuh kenceng atau “ngenceng”. Pemukulan kempul pertama kali menandakan pertunjukan akan segera dimulai, kemudian dilanjutkan dengan gesekan rebab tunggal atau arang-arangan. Lagu pengiring tari Topeng Tunggal adalah lagu tetopengan yang juga diciptakan oleh Djiun.