Kamis, 19 Desember 2019

Seni tari topeng



   Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.
Seni tari adalah seni yang berasal dari gerakan tubuh berirama yang biasanya diiringi dengan seni musik. Tarian dapat menunjukan ekspresi, emosional, maupun untuk doa dalam sebuah ritual. Unsur utama dalam tari adalah gerak tubuh manusia dan tidak lepas juga dengan irama, ruang, dan waktu. Seni tari juga dianggap sebagai bentuk komunikasi nonverbal pada hewan seperti lebah yang melakukan tarian saat kawin. Tari dapat dibedakan dan dijelaskan dengan berbagai cara seperti koreografi, gerakan, waktu, dan tempat asal. Namun banyak penelitian yang menunjukkan kesamaan beberapa tarian di beberapa tempat.
Dalam sebuah tarian pasti memiliki gerakan namun suatu gerakan tidak bisa dikatakan sebagai tarian bila tidak memenuhi tiga unsur. Jika salah satu saja dari unsur tersebut tidak ada, maka gerakan tersebut tidak bisa dikatakan sebuah tari.
Unsur tersebut yaitu :
-Wiraga (Raga) : Sebuah tarian harus menampakkan gerakan badan, baik dengan posisi duduk ataupun berdiri.
-Wirama (Irama) : Sebuah seni tari harus memiliki unsur irama yang menyatukan gerakan badan dengan musik pengiringnya, baik dari segi tempo maupun iramanya.
-Wirasa (rasa) : Sebuah seni tari harus mampu untuk menyampaikan sebuah perasaan yang ada di dalam jiwa, melalui sebuah tarian dan gerakan juga ekspresi penarinya.
   Selain unsur ,kesenian tari juga mempunyai berbagai jenis. Salah satu nya adalah Tari topeng.
   Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon. Kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Disebut tari topeng karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Pada pementasan tari Topeng Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan karakter topeng-topeng tersebut.
   Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Tari Topeng sendiri sebenarnya sudah ada sekitar abad ke-10 atau ke-11 Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Panji Dewa, Raja Jenggala di Jawa Timur. Seni tari ini kemudian dibawa oleh seniman jalanan ke Cirebon yang selanjutnya mengalami proses akulturasi. Dari Cirebon, seni tari ini lalu menyebar lagi ke daerah-daerah lain di Jawa Barat. Di provinsi ini, terdapat dua jenis Tari Topeng, yaitu Tari Topeng Cirebon dan Tari Topeng Priangan.
Simbol-simbol sarat makna dari sebuah pementasan Tari Topeng disampaikan melalui warna topeng, jumlah topeng, dan juga jumlah gamelan pengiringnya. Total jumlah topengnya ada sembilan, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lima topeng pokok (panji, samba atau pamindo, rumyang, tumenggung atau patih, kelana atau rahwana) dan empat topeng lainnya lainnya (pentul, nyo atau sembelep, jingananom dan aki-aki) digunakan jika lakon yang dimainkan berjudul Jaka Blowo, Panji Blowo, atau Panji Gandrung.
Lima topeng pokok disebut sebagai Topeng Panca Wanda yang artinya topeng lima watak. Panji, misalnya, diartikan sebagai seorang bayi iyang masih bersih atau tidak berdosa. Pamindo menggambarkan kesatria. Patih menggambarkan kedewasaan.
   Kesenian Tari Topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya. Salah satu sanggar tari topeng yang ada di Cirebon ini yaitu Sanggar Seni Klapa Jajar yang bertempat bertempat di Kampung Kanoman Utara RT 02 RW 10 No. 21 yang dipimpin oleh Mamat Nur Rachmat.
Pemimpin sanggar yang kerap disapa Cah Mamat ini, telah berhasil meneruskan dan memperkenalkan sanggar kepada masyarakat sampai sekarang, sehingga seni tradisi yang menjadi khas Cirebon ini masih bisa dinikmati, bahkan bisa dipelajari generasi muda sebagai penerus. Tak heran dari keuletan dan keikhlasan, sanggarnya telah dipercaya untuk melakukan berbagai pementasan, baik untuk sosial, adat dan keagaamaan, maupun pementasan dalam suatu parade atau ajang festival-festival kebudayaan di seluruh kota, yakni Bogor, Bandung, Banten, Garut, Solo, Jakarta, Jogjakarta, Kalimantan.
   Sanggar seni Kelapa Jajar ini dibangun oleh ayahnya yang bernama P. Agus Djoni Arka Ningrat pada tahun 1970-an. Nama sanggar tersebut diambil dari nama gang Kelapa Jajar.
“Dengan adanya sanggar seni ini menjadi kewajiban bagi saya untuk melestarikannya, agar tidak mati,”  kata cah mamat.
“Bagi yang ingin belajar, kami fasilitasi tanpa dimintai biaya, memang kalau dihitung dengan matimatika itu semua biaya yang dikeluarkan banyak, tapi kan yang memberikan rizqi Allah, dan alhamdulillah bisa berjalan lancar. Dan kami hanya media penyalur bakat. Mereka berbakat di bidang tari atau di bidang musik itu kami arahkan, karena mereka semua aset sanggar ini,” ujar cah mamat.
“Untuk latihan kami jadwal setiap jam’03.00-05.30, dan itu setiap hari, kecuali hari Kamis, karena pada hari itu biasanya kami membaca yasin bersama. Jadi saya ingin di sini bukan hanya melatih seni dan karawitannya saja, tapi agamanya juga harus dapat,” jelas Eem Siti Maymunah selaku istri Cah Mamat.

“Nantinya kami akan kerjasama dengan hotel-hotel yang ada di Cirebon, untuk mengarahkan parawisata ke sanggarnya, agar mereka tahu beragam kesenian Cirebon, jadi para wisata datang ke Cirebon tidak hanya mencicipi kuliner dan batik Cirebon, tapi mereka juga menikmati seninya, sehingga lengkap,” katanya.
   Di sanggarnya berbagai jenis tari diajarkan seperti tari putri, tari bedaya, tari rimbe, tari pemaisuri, tari topeng lima wanda, tari burung, tari kajongan, ronggeng pesisir-bugis, tari manggala yuda, titi rasa dan lainnya. Tidak hanya itu saja, di sanggar tersebut anak-anak diajarkan pula alat-alat musik sebagai pengiringnya yang dinamakan seni karawitan.

Harapan Cah Mamat ke depannya, ia ingin menjadikan sanggarnya sebagai kampung seni, yang di dalamnya di isi dengan beragam seni khas Cirebon, seperti seni tari, musik, lukis, pahat, juga kerajinan tangan yang bekerja sama dengan masyarakat di kampungnya, serta kuliner malam dan penghijauan. Menurutnya, untuk mewujudkan semua itu, perlu adanya bantuan serta perhatian dari pemerintah, karena aset tersebut yang akan menjadikan Cirebon dikenal oleh seluruh warga Indonesia dan bahkan negara-negara lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar