Memiliki banyak warisan seni budaya. Bahkan, hingga kini pun warisan ini masih banyak yang tetap lestari, benar-benar dijaga dan diteruskan oleh anak-cucu para guru dan juga guru-guru yang menggeluti warisan tersebut.
Berbagai budaya dan kesenian sangat beragam di Kabupaten Cirebon. Salah satunya adalah Topeng Babakan Lima Wanda.Topeng Babakan Lima Wanda memiliki berbagai bentuk dan karakternya tersendiri.Kesenian Tari Topeng juga masih banyak digeluti dan minati oleh masyarakat Cirebon.
Di Kabupaten Cirebon, ada dua jenis Topeng, yakni Topeng Babakan Lima Wanda dan Topeng Lakon. Topeng Babakan Lima Wanda biasanya ditampilkan sendiri-sendiri, sedangkan Topeng Lakon ditampilkan lebih dari satu orang disesuaikan dengan lakon atau tema yang disuguhkan.
Berikut ini adalah ragam dari Topeng Babakan Lima Wanda khas Cirebon:
1. Topeng Panji
Topeng Panji diibaratkan seperti bayi yang baru lahir di mana memiliki hati yang putih, bersih, dan tabularasa. Warna dari Topeng Panji adalah putih dan tidak memiliki banyak aksen atau polos.Pakaian Tari Topeng Panji adalah serba putih dan gerakannya hemat serta sederhana. Tarian ini dikenal lebih sulit dan tenang meskipun diiringi musik dinamika.Makna tarian ini diibaratkan bagai manusia yang suci dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang bersifat duniawi.Biasanya hanya muka dan tangan yang gerak. Kaki lebih sering diam. Banyaknya gerakan Topeng Panji sekitar 10 gerakan tetapi disesuaikan penarinya sendiri. Namun, Tarian Topeng Panji ini sudah semakin jarang karena gerakannya yang susah.
2. Topeng Samba
Topeng Samba berwarna putih, terdapat aksen pada bagian dahi yang menyerupai rambut.Topeng Samba diibaratkan seperti kehidupan manusia saat memasuki fase biologis. Hal tersebut dapat tercermin dari gerakannya yang penuh keceriaan bahagia. Tariannya lucu, gesit, dan cetil menggambarkan sifat kanak-kanak.Tarian Topeng Samba itu lembut tapi lincah. Biasanya ada sekitar 17 gerakaran.
3. Topeng Rumyang
Topeng ini berwarna pink yang menggambarkan manusia memasuki fase kehidupan remaja. Pada dahi hingga pipinya terdapat hiasan garis melengkung menyerupai rambut tipis.Tepat di tengah-tengah dahinya tampak ada hiasan mengerupai mahkota kecil.Tari Topeng Rumyang gerakannya tegas dan terstruktur rapi seseuai frekuensi nada.Secara keseluruahn sih gerakannya hampir sama dengan Samba, hanya beda di watak saja.
4. Topeng Tumenggung
Topeng Tumenggung ini memiliki bentuk muka yang tampak gagah dan menggunakan aksen topi yang menggambarkan manusia memasuki fase dewasa.Gerakan Tumenggung itu mencerminkan kegagahan. Mulai dari gerakan tangan dan kakinya.
5. Topeng Kelana
Topeng Kelana bewarna merah, memiliki kumis tebal, dan tatapan mata yang tajam.Topeng Kelana dikenal sebagai Tarian yang paling gagah di antara topeng lainnya. Topeng ini memiliki arti kerakusan seorang manusia.Gerakan Topeng Kelana ini cenderung lebih ekspresif tetapi menggambarkan manusia yang mampu mengontrol emosi dan amarahnya.
Masing-masing topeng mewakili sifat-sifat manusia. Topeng Panji melambangkan awal mula kehidupan manusia atau kelahiran, topeng Samba mencerminkan manusia ketika masih anak-anak atau balita, topeng Rumyang mencerminkan usia manusia saat remaja, topeng Tumenggung melambangkan sifat manusia yang mencapai kebijaksanaan, dan topeng Kelana menggambarkan sifat manusia yang penuh angkara murka.
Lima Wanda adalah perjalanan manusia dari mulai lahir sampai masa kejayaanya. Lima karakter dari topeng itu ada di setiap hati manusia. Mungkin selama ini masyarakat Cirebon hanya mengenal satu karakter dari tari topeng saja yaitu Topeng Kelana,padahal Topeng Kelana itu salah satu bagian dari Lima Wanda. Tari-tarian tersebut akan dibawakan oleh sekitar 40 penari dan didukung sebanyak 25 seniman tari.
Salah satunya warisan seni Tari Topeng Babakan Lima Wanda. Yang hadir tetap mendapat dan digetok-tularkan untuk peserta didik mereka. Seperti diijinkan yang dilakukan Inu Kertapati (40 tahun) dan diundang, Eti (38 tahun). Inu merupakan generasi ke-18 dari Pangeran Panggung yang konon dia adalah penari topeng pertama di Cirebon ini.
Inu sendiri kini memiliki belasan murid yang menekuni tari ini di sanggar miliknya yang ia beri nama Sanggar Seni Wijaya Kusuma, di Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.Diceritakan Inu, konon pada abad ke-15 masehi, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menciptakan topeng tari Cirebon untuk menyiarkan Islam. Mereka pun memercayakan gerakan menari ini untuk muridnya, Pangeran Panggung untuk melestarikannya sebagai media dakwah Islam.Bahkan, kata Inu, di masa itu Pangeran Panggung selalu mencari dari satu tempat ke tempat lain yang dulu dinamakan Bebarang (keliling), tetapi tidak ada yang mengundang dia untuk tampil. Padahal, ia tidak meminta imbalan berupa uang kepada masyarakat untuk mengenalkan tarian tersebut.Tetapi jika ada yang tertarik, memberhentikan Pangeran Panggung dan memintanya menari. Setiap orang yang meminta tarian itu, harus membayarnya dengan dua kalimat syahadat untuk masuk Islam.Menurutnya, dalam menarikan tari topeng tersebut, Pangeran Panggung ditemani Pangeran Panjunan, Pangeran Kejaksan, serta murid Sunan Gunung Jati lainnya. Waktu demi waktu pada akhirnya mulai mengubah fase, kemudian berkembang dan banyak orang yang mau melihat.
Ibaratnya, seperti pengamen jalanan, jika ada yang tertarik untuk bernyanyi di depan rumah seseorang, dia akan ke sana. Begitu pula tari topeng yang dibawakan Pangeran Panggung tersebut. Setelah berkembang dan diteruskan generasi dari Pangeran Panggung, setiap satu babak menerima pembayaran dengan satu gedeng atau satu ikat pinggang.
Karena topeng topeng ini telah diturunkan dari satu generasi ke generasi yang lain, maka otomatis akan berbeda pula antara konteks dan kebutuhan. Makanya tidak lagi dibayar dengan menyetujui dua kalimat syahadat.Dari situlah muncul istilah, satu babak satu gedeng. Itu pula yang menjadi awal mula penamanaan tari topeng khas Cirebon dinamakan Tari Topeng Babakan Lima Wanda,” kata Inu.Ia sendiri mengaku, sebagai pemenang dari penari topeng pertama di Cirebon ini, belajar dan menekuni menari ini sejak kelas empat belas SD dari orang tuanya langsung. Dalam memelajarinya, ia harus puasa selama tiga hingga tujuh hari untuk menerima setiap gerakan. Puasa itu untuk memenuhi kadar dengan penari lainnya. Yang melihat bedanya itu dari penontonnya. Seharusnya mereka mengatakan bahwa gerakan itu asli dan lebih enak.Dulu, Inu ditempatkan terbaring di depan pintu rumah dan badannya diinjak oleh orang tuanya sendiri. Yang tujuannnya, agar dia bisa mengalami dalam keadaan kosong jerih payah kesenian. Para dalang atau penari yang melewati proses itu, kata dia, akan kuat melewati perkembangan zaman. Keseniannya tak lekang oleh waktu.Sebagai seorang penari topeng, Inu menyebut tariannya itu Tari Topeng Babakan Lima Wanda versi Slangit. Yakni Desa Slangit yang merupakan tempat yang disetujui dan dibesarkan oleh orang tuanya.Berkat kerja keras Inu belajar dari orang tuanya, ia pun bisa melatih tari pada tahun 1998. Sejak tahun 1994 pun, menantang, Sujana Arja, sering bolak-balik ke Australia untuk melatih tari topeng.Jejak itu diambil oleh Inu untuk membawakan topeng pertunjukkan tari khas Cirebon. Tahun 2018 saja, Inu melatih di 10 sekolah yang ada di Australia.Orang Australia itu tertarik mulanya dari berbagai pertunjukkan. Dari situlah mereka mau belajar. Intinya orang tua saya berpesan agar tari topeng ini jangan sampai lepas, diterima, dan punah.