Selasa, 31 Desember 2019

Mengenal kesenian tari topeng limawanda


 Memiliki banyak warisan seni budaya. Bahkan, hingga kini pun warisan ini masih banyak yang tetap lestari, benar-benar dijaga dan diteruskan oleh anak-cucu para guru dan juga guru-guru yang menggeluti warisan tersebut.
   Berbagai budaya dan kesenian sangat beragam di Kabupaten Cirebon. Salah satunya adalah Topeng Babakan Lima Wanda.Topeng Babakan Lima Wanda memiliki berbagai bentuk dan karakternya tersendiri.Kesenian Tari Topeng juga masih banyak digeluti dan minati oleh masyarakat Cirebon.
Di Kabupaten Cirebon, ada dua jenis Topeng, yakni Topeng Babakan Lima Wanda dan Topeng Lakon. Topeng Babakan Lima Wanda biasanya ditampilkan sendiri-sendiri, sedangkan Topeng Lakon ditampilkan lebih dari satu orang disesuaikan dengan lakon atau tema yang disuguhkan.
Berikut ini adalah ragam dari Topeng Babakan Lima Wanda khas Cirebon:
1. Topeng Panji
  Topeng Panji diibaratkan seperti bayi yang baru lahir di mana memiliki hati yang putih, bersih, dan tabularasa. Warna dari Topeng Panji adalah putih dan tidak memiliki banyak aksen atau polos.Pakaian Tari Topeng Panji adalah serba putih dan gerakannya hemat serta sederhana. Tarian ini dikenal lebih sulit dan tenang meskipun diiringi musik dinamika.Makna tarian ini diibaratkan bagai manusia yang suci dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang bersifat duniawi.Biasanya hanya muka dan tangan yang gerak. Kaki lebih sering diam. Banyaknya gerakan Topeng Panji sekitar 10 gerakan tetapi disesuaikan penarinya sendiri. Namun, Tarian Topeng Panji ini sudah semakin jarang karena gerakannya yang susah.
2. Topeng Samba
  Topeng Samba berwarna putih, terdapat aksen pada bagian dahi yang menyerupai rambut.Topeng Samba diibaratkan seperti kehidupan manusia saat memasuki fase biologis. Hal tersebut dapat tercermin dari gerakannya yang penuh keceriaan bahagia. Tariannya lucu, gesit, dan cetil menggambarkan sifat kanak-kanak.Tarian Topeng Samba itu lembut tapi lincah. Biasanya ada sekitar 17 gerakaran.
3. Topeng Rumyang
   Topeng ini berwarna pink yang menggambarkan manusia memasuki fase kehidupan remaja. Pada dahi hingga pipinya terdapat hiasan garis melengkung menyerupai rambut tipis.Tepat di tengah-tengah dahinya tampak ada hiasan mengerupai mahkota kecil.Tari Topeng Rumyang gerakannya tegas dan terstruktur rapi seseuai frekuensi nada.Secara keseluruahn sih gerakannya hampir sama dengan Samba, hanya beda di watak saja.
4. Topeng Tumenggung
   Topeng Tumenggung ini memiliki bentuk muka yang tampak gagah dan menggunakan aksen topi yang menggambarkan manusia memasuki fase dewasa.Gerakan Tumenggung itu mencerminkan kegagahan. Mulai dari gerakan tangan dan kakinya.
5. Topeng Kelana
   Topeng Kelana bewarna merah, memiliki kumis tebal, dan tatapan mata yang tajam.Topeng Kelana dikenal sebagai Tarian yang paling gagah di antara topeng lainnya. Topeng ini memiliki arti kerakusan seorang manusia.Gerakan Topeng Kelana ini cenderung lebih ekspresif tetapi menggambarkan manusia yang mampu mengontrol emosi dan amarahnya.
   Masing-masing topeng mewakili sifat-sifat manusia. Topeng Panji melambangkan awal mula kehidupan manusia atau kelahiran, topeng Samba mencerminkan manusia ketika masih anak-anak atau balita, topeng Rumyang mencerminkan usia manusia saat remaja, topeng Tumenggung melambangkan sifat manusia yang mencapai kebijaksanaan, dan topeng Kelana menggambarkan sifat manusia yang penuh angkara murka.
Lima Wanda adalah perjalanan manusia dari mulai lahir sampai masa kejayaanya. Lima karakter dari topeng itu ada di setiap hati manusia. Mungkin selama ini masyarakat Cirebon hanya mengenal satu karakter dari tari topeng saja yaitu Topeng Kelana,padahal Topeng Kelana itu salah satu bagian dari Lima Wanda. Tari-tarian tersebut akan dibawakan oleh sekitar 40 penari dan didukung sebanyak 25 seniman tari.
Salah satunya warisan seni Tari Topeng Babakan Lima Wanda. Yang hadir tetap mendapat dan digetok-tularkan untuk peserta didik mereka. Seperti diijinkan yang dilakukan Inu Kertapati (40 tahun) dan diundang, Eti (38 tahun). Inu merupakan generasi ke-18 dari Pangeran Panggung yang konon dia adalah penari topeng pertama di Cirebon ini.
Inu sendiri kini memiliki belasan murid yang menekuni tari ini di sanggar miliknya yang ia beri nama Sanggar Seni Wijaya Kusuma, di Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.Diceritakan Inu, konon pada abad ke-15 masehi, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menciptakan topeng tari Cirebon untuk menyiarkan Islam. Mereka pun memercayakan gerakan menari ini untuk muridnya, Pangeran Panggung untuk melestarikannya sebagai media dakwah Islam.Bahkan, kata Inu, di masa itu Pangeran Panggung selalu mencari dari satu tempat ke tempat lain yang dulu dinamakan Bebarang (keliling), tetapi tidak ada yang mengundang dia untuk tampil. Padahal, ia tidak meminta imbalan berupa uang kepada masyarakat untuk mengenalkan tarian tersebut.Tetapi jika ada yang tertarik, memberhentikan Pangeran Panggung dan memintanya menari. Setiap orang yang meminta tarian itu, harus membayarnya dengan dua kalimat syahadat untuk masuk Islam.Menurutnya, dalam menarikan tari topeng tersebut, Pangeran Panggung ditemani Pangeran Panjunan, Pangeran Kejaksan, serta murid Sunan Gunung Jati lainnya. Waktu demi waktu pada akhirnya mulai mengubah fase, kemudian berkembang dan banyak orang yang mau melihat.
Ibaratnya,  seperti pengamen jalanan, jika ada yang tertarik untuk bernyanyi di depan rumah seseorang, dia akan ke sana. Begitu pula tari topeng yang dibawakan Pangeran Panggung tersebut. Setelah berkembang dan diteruskan generasi dari Pangeran Panggung, setiap satu babak menerima pembayaran dengan satu gedeng atau satu ikat pinggang.
Karena topeng topeng ini telah diturunkan dari satu generasi ke generasi yang lain, maka otomatis akan berbeda pula antara konteks dan kebutuhan. Makanya tidak lagi dibayar dengan menyetujui dua kalimat syahadat.Dari situlah muncul istilah, satu babak satu gedeng. Itu pula yang menjadi awal mula penamanaan tari topeng khas Cirebon dinamakan Tari Topeng Babakan Lima Wanda,” kata Inu.Ia sendiri mengaku, sebagai pemenang dari penari topeng pertama di Cirebon ini, belajar dan menekuni menari ini sejak kelas empat belas SD dari orang tuanya langsung. Dalam memelajarinya, ia harus puasa selama tiga hingga tujuh hari untuk menerima setiap gerakan. Puasa itu untuk memenuhi kadar dengan penari lainnya. Yang melihat bedanya itu dari penontonnya. Seharusnya mereka mengatakan bahwa gerakan itu asli dan lebih enak.Dulu, Inu ditempatkan terbaring di depan pintu rumah dan badannya diinjak oleh orang tuanya sendiri. Yang tujuannnya, agar dia bisa mengalami dalam keadaan kosong jerih payah kesenian. Para dalang atau penari yang melewati proses itu, kata dia, akan kuat melewati perkembangan zaman. Keseniannya tak lekang oleh waktu.Sebagai seorang penari topeng, Inu menyebut tariannya itu Tari Topeng Babakan Lima Wanda versi Slangit. Yakni Desa Slangit yang merupakan tempat yang disetujui dan dibesarkan oleh orang tuanya.Berkat kerja keras Inu belajar dari orang tuanya, ia pun bisa melatih tari pada tahun 1998. Sejak tahun 1994 pun, menantang, Sujana Arja, sering bolak-balik ke Australia untuk melatih tari topeng.Jejak itu diambil oleh Inu untuk membawakan topeng pertunjukkan tari khas Cirebon. Tahun 2018 saja, Inu melatih di 10 sekolah yang ada di Australia.Orang Australia itu tertarik mulanya dari berbagai pertunjukkan. Dari situlah mereka mau belajar. Intinya orang tua saya berpesan agar tari topeng ini jangan sampai lepas, diterima, dan punah.

Sejarah tari topeng cirebon


  Dimulai dari awal sebelum adanya kerajaan di Indonesia, tarian dipercaya sebagai sebuah daya magis nan sakral. Sehingga tercipta tarian yang digunakan berdasarkan kepercayaan mereka. Salah satunya adalah tari hujan, tari eksorsisme, tari kebangkitan, dan lain-lain.
Penciptaan tari ini didasari serta diilhami dari gerakan alam serta meniru gerakan makhluk hidup. Seperti misalnya menirukan gerakan seekor binatang yang ingin diburu. Umumnya, tari di era primitif dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok. 
Sejarah kesenian tari di Indonesia kemudian berlanjut pada masa penyebaran Hindu Buddha, yang mana terpengaruh oleh budaya yang dibawa pedagang.
Mulai dari era Hindu Buddha, sebuah tarian mulai memiliki standardisasi serta patokan, karena ada sebuah literatur tentang seni tari. Literatur kesenian tari ini dikarang oleh Bharata Muni dengan judul Natya Sastra yang membahas 64 jenis gerak tangan mudra.
Pada era penyebaran agama Islam, tarian hanya diperagakan oleh orang-orang dari luar Indonesia dan dilakukan pada saat hari raya. Kemudian perkembangan seni tari di Indonesia pada era Islam dimulai tahun 1755 saat kerajaan Mataram Islam terbagi dua.
Dengan dibaginya kerajaan Mataram Islam, kedua kerajaan ini mulai menunjukkan identitas mereka lewat seni tari. Sehingga, tarian yang ditampilkan bisa menjadi sebuah ciri khas dan identitas dari masing-masing kerajaan.
Sejarah kesenian tari di Indonesia mengalami kemunduran di era penjajahan dikarenakan suasana saat itu sedang kacau. Akan tetapi, seni tari yang diperagakan di istana tetap dilaksanakan bahkan terpelihara dengan baik. Pada masa penjajahan, kesenian tari hanya diperagakan pada acara-acara penting kerajaan.
Salah satu contoh tarian yang diilhami dari perjuangan rakyat masa penjajahan adalah Tari Prawiroguno. Tarian ini merupakan tari tradisional yang berasal dari Jawa Tengah dan menggambarkan gagahnya prajurit masa itu. Prajurit dalam tarian ini menggunakan senjata serta tameng sebagai alat untuk melindungi diri.
Seni tari terus kembali berjalan setelah Indonesia merdeka sehingga tarian bisa dilakukan untuk upacara adat serta keagamaan. Terkadang, tarian ini juga berkembang saat ini sebagai sebuah hiburan. Selain itu, saat ini sudah mulai banyak anak muda yang mulai tertarik dengan dunia tari.
Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya anak muda yang menyukai tari serta dapat memperagakan berbagai macam jenis tari. Mulai dari tari tradisional bahkan hingga tari modern.
Kebudayaan merupakan suatu hasil karya manusia yang berupa seni, adat, keyakinan, dan pengetahuan. Pada umumnya kebanyakan orang mendefinisikan kebudayaan berupa sebuab kesenian dan adat istiadat yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu, salah satu dari bentuk kebudayaan yang sering kita lihat adalah seni tari yang mana disajikan dengan berbagai gerakan yang indah dan biasanya memiliki pesan tertentu yang akan disampaikan pada orang yang melihatnya.
Seperti hal nya di salah satu kota di indonesia yaitu kota cirebon. Cirebon adalah suatu daerah yang berada di paling ujung pinggiran pulau Jawa Barat, serta berada di sisi sebelah tetangga pulau Jawa Tengah, lokasi Cirebon ini termasuk wilayah pantura yang ramai jika waktu mudik tiba, dengan dikenal akan wilayah lautnya. Karena keberadaan tersebut, bahasa yang digunakan rata-rata masyarakat Cirebon tidak hanya bahasa Sunda. Melainkan penggunaan dengan multy bahasa, bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Cirebon sendiri. Dengan keadaan seperti itu, Cirebon kadang dijadikan anak tiri pulaunya, ketidak labilan penggunaan bahasanya menjadi olok-olok canda anak-anak muda yang berasalkan benar-benar asli orang Sunda. Keanekaragaman bahasa itu menjadikan keunikan tersendiri yang dimiliki kota ini, tidak hanya itu dengan menggali lebih dalam kota ini, keanekaragaman bahasanya lebih ragam lagi dengan kebudayaan dan seni yang dimilikinya. 
Pada masa Kerajaan Majapahit dimana Cirebon sebagai pusat penyebaran agama islam, Sunan Gunung Jati bekerja sama dengan Sunan Kalijaga menggunakan salah satu tarian yaitu Tari Topeng sebagai salah satu upaya untuk menyebarkan agama islam dan sebagai hiburan di lingkungan Keraton.
Tari Topeng pada mulanya hanya menjadi tontonan di lingkungan Kraton sebagai tuntunan dalam penyebaran ajaran agama Islam kepada masyarakat.Tari Topeng Cirebon  adalah sebuah karya seni yang tercipta sebagai perwujudan atau ekspresi tentang konsep batin yang berhubungan dengan wajah. Di Indonesia sendiri, keberadaan karya seni purba ini telah begitu melekat dalam kebudayaan masyarakatnya.Meskipun belum mewakili semuanya, sebelum ini telah juga dituliskan tentang kesenian bertopeng, termasuk Wayang Topeng Malangan, Tari Barong, Telek dan Dramatari Topeng Bali. Dalam artikel ini, kita akan mencoba lebih dekat dengan Tari Topeng dari Cirebon.Disebut sebagai Tari Topeng Cirebon karena ini adalah kesenian tari asli Cirebon yang dalam prakteknya menggunakan properti topeng atau kedok.
Salah satu kekhasan tari topeng ini adalah pada gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, sementara iringan musiknya di dominasi oleh kendang dan rebab. Keunikan lainnya adalah adanya proses pewarisan keahlian dari generasi tua kepada yang lebih muda.
Seperti diketahui, tari ini memiliki keragaman gaya tarian, adapun proses pewarisan erat hubungannya dengan adat istiadat sebuah desa atau daerah yang memiliki tari topeng dengan kekhasan tersendiri. Topeng Cirebon biasanya terbuat dari bahan kayu lunak sehingga mudah dibentuk, misalnya kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga ataupun kayu Lame. Meski terbuat dari bahan yang lunak, tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian dalam pembuatannya.
Bahkan bagi seorang pengrajin ahli, membuat satu topeng membutuhkan waktu hingga satu hari. Disamping adanya proses pewarisan keahlian dari generasi ke generasi, kelestarian tradisi pembuatan topeng berkembang seiring dengan perkembangan kesenian yang menggunakannya, diantaranya adalah Tari Topeng Cirebon.
Sebagai sebuah karya seni, topeng dibuat bukan hanya dipandang sebagai kedok penutup wajah. Dalam filosofi kebudayaan Cirebon, topeng lebih berfungsi sebagai hiasan bagian depan sorban atau penutup kepala.

Istilah topeng sendiri dalam lingkup masyarakat Cirebon terbentuk dari dua kata yakni “ketop-ketop” yang berarti berkilauan dan “gepeng” yang berarti pipih. Kedua istilah tersebut mewakili sebuah elemen yang ada di bagian muka sobrah atau tekes, yaitu hiasan di kepala sang penari.
Dalam sejarahnya, jauh sebelum keberadaan tari topeng di Cirebon, tarian sejenis telah tumbuh dan berkembang di Jawa Timur sejak abad 10-16 Masehi.Pada masa Kerajaan Jenggala berkuasa di bawah pemerintahan Prabu Amiluhur atau Prabu Panji Dewa, tarian tersebut masuk ke Cirebon melalui seniman jalanan.Di Cirebon, tari topeng kemudian mengalami perpaduan dengan kesenian setempat sehingga melahirkan sebuah kesenian topeng yang khas.Selanjutnya, mengingat Cirebon adalah salah satu pintu masuk tersebarnya Agama Islam di Tanah Jawa, hal ini turut berdampak pula pada perkembangan seni tradisi yang telah ada sebelumnya.Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang menjadi tokoh sentralnya pada tahun 1470 hingga menjadikan wilayah Cirebon sebagai pusat penyebaran Islam. Sebagai upaya untuk menyebarkan agama baru tersebut, Sunan Gunung Jati pun bekerja sama dengan Sunan Kalijogo.Keduanya berusaha memfungsikan Tari Topeng yang ada sebagai bagian dari upaya penyebaran Islam sekaligus sebagai tontonan di lingkungan keraton. Selain tari ini ada juga 6 jenis kesenian lainnya yakni Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan.Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon pada tahun 1479, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini terkenal sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu. Saking saktinya, Sunan Gunung Sakti beserta Sunan Kalijogo dan Pangeran Cakrabuana tidak mampu menandinginya. Akhirnya diambillah jalan diplomasi kesenian.Keputusan tersebut kemudian melahirkan kelompok tari dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Menariknya, seiring dengan populernya kesenian ini, Pangeran Welang jatuh hati pada penarinya, bahkan rela menyerahkan pedang Curug Sewu sebagai pertanda cintanya.Penyerahan senjata berarti pula hilangnya kesaktian sang pangeran. Dia menyerah dan kemudian setia pada Sunan Gunung Jati dengan ditandai pergantian namanya menjadi Pangeran Graksan.Seiring dengan berjalannya waktu, kesenian tari yang dimaksud lebih dikenal dengan nama Tari Topeng Cirebon. Dalam perkembangannya, tari ini pun memiliki bentuk dan penyajian yang spesifik.Dari sini dikenallah beberapa macam tari, diantaranya Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Tumenggung, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Samba dan Tari Topeng Panji.Sebagai tarian yang menggunakan properti topeng, kelima tari tersebut juga mengusung 5 jenis topeng yang kemudian dikenal sebagai Panca Wanda. 
Seperti disebut dalam kesejarahan tari ini, awalnya Tari Topeng Cirebon lebih dikonsentrasikan di lingkungan keraton. Seiring perkembangannya, lama-kelamaan kesenian ini kembali, melepaskan diri dan dianggap sebagai rumpun tari yang berasal dari tarian rakyat.Sementara itu, karena pada masa Islam tari ini lebih diupayakan untuk penyebaran agama, maka dikemaslah pertunjukan ini menjadi bermuatan filosofis dan berwatak atau wanda.
Penyajian Tari Topeng Cirebon pada awalnya, Kesenian Topeng Cirebon dipentaskan di lingkungan terbuka yang biasanya berbentuk setengah lingkaran, seperti di halaman rumah, di blandongan (tenda), atau di bale (panggung) dengan menggunakan obor sebagai penerangan.Selanjutnya di zaman modern dan teknologi seperti sekarang ini, tari ini juga dipentaskan di dalam gedung dengan lampu listrik sebagai tata cahayanya. Mengenai struktur pagelaran akan selalu bergantung pada kemampuan rombongan, fasilitas, jenis penyajian serta lakon yang akan dibawakan.

Pementasan seni tari topeng



  Pementasan adalah suatu kegiatan apresiasi yang bertujuan menampilkan suatu karya atau seni yang mana bertujuan sebagai hiburan atau untuk apresiasi suatu karya seni yang di lakukan oleh manusia/audience sebagai pencipta dan penikmat karya seni.
Pementasan karya seni tari merupakan pertunjukan tari atau penyajian yang ditunjukkan kepada orang lain. Hal ini juga dijadikan sebagai kegiatan apresiasi seni untuk mengembangkan kreativitas yang dalam proses penyelenggaraannya diperlukan proses dan persiapan yangmatang dan sistematis.
Hal yang perlu disiapkan untuk sebuah pertunjukkan tari adalah Merencanakan (menyusun) kepanitiaan.Kepanitiaan dalam hal ini dibagi menjadi 2 yaitu panitia pengarah / penasehat pemberi petunjuk bawahannya dan panitia pelaksana, yang melaksanakan segala sesuatu dilapangan.
Memperkenalkan budaya asli Indonesia kepada dunia bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui pementasan tari tradisional di luar negeri.Cara ini juga menjadi upaya untuk mendekatkan budaya lokal Tanah Air kepada para calon wisatawan asing agar mau berkunjung ke Indonesia. Promosi wisata inilah yang dilakukan oleh Kedutaan Besar RI untuk Swedia.
Bertempat di Kungstrad Garden, Stockholm, Swedia, acara ini berlangsung selama dua hari berturut-turut dengan mengusung tema “Kampung Indonesia”. Kemeriahan terasa saat warga ibu kota Swedia itu disuguhi beragam tarian khas Indonesia, salah satunya oleh anak-anak duta seni dan misi kebudayaan pelajar Boyolali.
Tak hanya satu, tetapi ada beberapa tarian yang mereka sajikan, yakni Kusuma Bangsa, Kolo Krido, Bedaya Temanten, Jaran Kepang, Gotong Royong, dan tari Topeng Ireng. Para penari tampak lincah seirama dengan lagu yang didendangkan.
Tari Topeng Cirebon pada zaman dahulu biasanya dipentaskan menggunakan tempat pagelaran yang terbuka berbentuk setengah lingkaran, misalnya di halaman rumah, di blandongan (tenda pesta) atau di bale (panggung) dengan obor sebagai penerangannya, tetapi dengan berkembangnya zaman dan teknologi, tari Topeng Cirebon pada masa modern juga dipertunjukan di dalam gedung dengan lampu listrik sebagai tata cahayanya.
Tujuan diselenggarakan suatu pagelaran tari Topeng Cirebon secara garis besar dibagi kedalam tiga tujuan utama yaitu : 1)Pagelaran komunal, merupakan acara pagelaran yang dilaksanakan untuk kepentingan bersama masyarakat, sehingga hampir seluruh masyarakat ditempat tersebut berpartisipasi dalam pagelaran ini, acara yang dipertunjukan pun sangat spektakuler dengan adanya arak-arakan dalang, atraksi seni dan sebagainya serta digelar lebih dari satu malam, contoh dari pagelaran komunal diantaranya adalah hajatan desa, ngarot kasinoman (acara kepemudaan), ngunjungan (ziarah kubur). 2)Pagelaran individual, merupakan acara pagelaran yang dilaksanakan untuk memeriahkan hajatan perorangan, contohnya adalah pernikahan, khitanan atau khaulan (bahasa Indonesia: melaksanakan nazar atau janji). 3)Pagelaran bebarangan, merupakan acara pagelaran keliling kampung yang inisiatifnya datang dari dalang topeng itu sendiri, bebarangan biasanya dilakukan oleh dalang topeng ke wilayah-wilayah desa yang sudah panen, wilayah desa yang ramai atau datang ke berkeliling di kota dikarenakan desanya belum panen, sedang mengalami kekeringan atau sedang sepi penduduknya.
Struktur pagelaran dalam tari Topeng Cirebon bergantung pada kemampuan rombogan, fasilitas gong yang tersedia, jenis penyajian topeng dan lakon (bahasa Indonesia: cerita) yang dibawakannya. Secara umum, struktur pertunjukan tari Topeng Cirebon dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:1)Topeng alit, memiliki struktur yang minimalis baik dari segi dalang, peralatan, kru dan sajiannya. Jumlah rata-rata kru dalam struktur pagelaran topeng alit biasanya hanya terdiri dari lima sampai tujuh orang yang kesemuanya bersifat multi peran, dalam artian tidak hanya seorang dalang Topeng saja yang membawakan babak topeng, tetapi para wiyaganya juga ikut membantu dengan memberikan guyonan-guyonan ringan. Dialog dalam topeng alit dilakukan secara spontan berdasarkan situasi yang ada. 2)Topeng gede, memiliki struktur yang lebih besar dan baku jika dibandingkan dari penyajian topeng alit. Hal tersebut dikarenakan topeng gede merupakan bentuk penyempurnaan dari topeng alit, struktur topeng besar diantaranya, adanya musik pengiring (bahasa Cirebon: tetaluan) yang lengkap, adanya lima babak tarian yang berurutan seperti panji, samba, rumyang, tumenggung dan klana, adanya lakonan serta jantuk (bahasa Indonesia: nasihat) yang diberikan pada akhir pagelaran topeng gede.
Melestarikan kebudayaan sendiri menjadi salah satu kewajiban kita, salah satunya adalah melestarikan seni tari tradisional. Seperti yang dilakukan Sanggar Seni Kelapa Jajar, bertempat di Kampung Kanoman Utara RT 02 RW 10 No. 21 yang dipimpin oleh Mamat Nur Rachmat.Pemimpin sanggar yang kerap disapa Cah Mamat ini, telah berhasil meneruskan dan memperkenalkan sanggar kepada masyarakat sampai sekarang, sehingga seni tradisi yang menjadi khas Cirebon ini masih bisa dinikmati, bahkan bisa dipelajari generasi muda sebagai penerus. Tak heran dari keuletan dan keikhlasan, sanggarnya telah dipercaya untuk melakukan berbagai pementasan, baik untuk sosial, adat dan keagaamaan, maupun pementasan dalam suatu parade atau ajang festival-festival kebudayaan di seluruh kota, yakni Bogor, Bandung, Banten, Garut, Solo, Jakarta, Jogjakarta, Kalimantan.
Agenda sanggar seni Klapa Jajar rutin setiap bulan mengadakan pentas sebagai bentuk apresiasi. Sudah berdiri lebih dari 30 tahun, Sanggar Seni Klapa Jajar telah dipercaya untuk melakukan berbagai pementasan, baik untuk sosial, adat dan keagaamaan, maupun pementasan dalam suatu parade atau ajang festival-festival kebudayaan di seluruh kota Indonesia.Belum lama ini, Sanggar Klapa Jajar dipercaya Keraton Kanoman untuk tampil dalam Festival Keraton Nusantara di Kalimantan Tengah. Selain itu, Sanggar Seni Klapa Jajar pun pernah tampil dalam ajang Karawitan Muda yang digelar UNESCO di Jakarta.


Kamis, 19 Desember 2019

Seni tari topeng



   Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia: dapat terlihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri; Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh pihak keraton atau akademi seni yang dijalankan pemerintah.
Seni tari adalah seni yang berasal dari gerakan tubuh berirama yang biasanya diiringi dengan seni musik. Tarian dapat menunjukan ekspresi, emosional, maupun untuk doa dalam sebuah ritual. Unsur utama dalam tari adalah gerak tubuh manusia dan tidak lepas juga dengan irama, ruang, dan waktu. Seni tari juga dianggap sebagai bentuk komunikasi nonverbal pada hewan seperti lebah yang melakukan tarian saat kawin. Tari dapat dibedakan dan dijelaskan dengan berbagai cara seperti koreografi, gerakan, waktu, dan tempat asal. Namun banyak penelitian yang menunjukkan kesamaan beberapa tarian di beberapa tempat.
Dalam sebuah tarian pasti memiliki gerakan namun suatu gerakan tidak bisa dikatakan sebagai tarian bila tidak memenuhi tiga unsur. Jika salah satu saja dari unsur tersebut tidak ada, maka gerakan tersebut tidak bisa dikatakan sebuah tari.
Unsur tersebut yaitu :
-Wiraga (Raga) : Sebuah tarian harus menampakkan gerakan badan, baik dengan posisi duduk ataupun berdiri.
-Wirama (Irama) : Sebuah seni tari harus memiliki unsur irama yang menyatukan gerakan badan dengan musik pengiringnya, baik dari segi tempo maupun iramanya.
-Wirasa (rasa) : Sebuah seni tari harus mampu untuk menyampaikan sebuah perasaan yang ada di dalam jiwa, melalui sebuah tarian dan gerakan juga ekspresi penarinya.
   Selain unsur ,kesenian tari juga mempunyai berbagai jenis. Salah satu nya adalah Tari topeng.
   Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon. Kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Disebut tari topeng karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Pada pementasan tari Topeng Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan karakter topeng-topeng tersebut.
   Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Tari Topeng sendiri sebenarnya sudah ada sekitar abad ke-10 atau ke-11 Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Panji Dewa, Raja Jenggala di Jawa Timur. Seni tari ini kemudian dibawa oleh seniman jalanan ke Cirebon yang selanjutnya mengalami proses akulturasi. Dari Cirebon, seni tari ini lalu menyebar lagi ke daerah-daerah lain di Jawa Barat. Di provinsi ini, terdapat dua jenis Tari Topeng, yaitu Tari Topeng Cirebon dan Tari Topeng Priangan.
Simbol-simbol sarat makna dari sebuah pementasan Tari Topeng disampaikan melalui warna topeng, jumlah topeng, dan juga jumlah gamelan pengiringnya. Total jumlah topengnya ada sembilan, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lima topeng pokok (panji, samba atau pamindo, rumyang, tumenggung atau patih, kelana atau rahwana) dan empat topeng lainnya lainnya (pentul, nyo atau sembelep, jingananom dan aki-aki) digunakan jika lakon yang dimainkan berjudul Jaka Blowo, Panji Blowo, atau Panji Gandrung.
Lima topeng pokok disebut sebagai Topeng Panca Wanda yang artinya topeng lima watak. Panji, misalnya, diartikan sebagai seorang bayi iyang masih bersih atau tidak berdosa. Pamindo menggambarkan kesatria. Patih menggambarkan kedewasaan.
   Kesenian Tari Topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya. Salah satu sanggar tari topeng yang ada di Cirebon ini yaitu Sanggar Seni Klapa Jajar yang bertempat bertempat di Kampung Kanoman Utara RT 02 RW 10 No. 21 yang dipimpin oleh Mamat Nur Rachmat.
Pemimpin sanggar yang kerap disapa Cah Mamat ini, telah berhasil meneruskan dan memperkenalkan sanggar kepada masyarakat sampai sekarang, sehingga seni tradisi yang menjadi khas Cirebon ini masih bisa dinikmati, bahkan bisa dipelajari generasi muda sebagai penerus. Tak heran dari keuletan dan keikhlasan, sanggarnya telah dipercaya untuk melakukan berbagai pementasan, baik untuk sosial, adat dan keagaamaan, maupun pementasan dalam suatu parade atau ajang festival-festival kebudayaan di seluruh kota, yakni Bogor, Bandung, Banten, Garut, Solo, Jakarta, Jogjakarta, Kalimantan.
   Sanggar seni Kelapa Jajar ini dibangun oleh ayahnya yang bernama P. Agus Djoni Arka Ningrat pada tahun 1970-an. Nama sanggar tersebut diambil dari nama gang Kelapa Jajar.
“Dengan adanya sanggar seni ini menjadi kewajiban bagi saya untuk melestarikannya, agar tidak mati,”  kata cah mamat.
“Bagi yang ingin belajar, kami fasilitasi tanpa dimintai biaya, memang kalau dihitung dengan matimatika itu semua biaya yang dikeluarkan banyak, tapi kan yang memberikan rizqi Allah, dan alhamdulillah bisa berjalan lancar. Dan kami hanya media penyalur bakat. Mereka berbakat di bidang tari atau di bidang musik itu kami arahkan, karena mereka semua aset sanggar ini,” ujar cah mamat.
“Untuk latihan kami jadwal setiap jam’03.00-05.30, dan itu setiap hari, kecuali hari Kamis, karena pada hari itu biasanya kami membaca yasin bersama. Jadi saya ingin di sini bukan hanya melatih seni dan karawitannya saja, tapi agamanya juga harus dapat,” jelas Eem Siti Maymunah selaku istri Cah Mamat.

“Nantinya kami akan kerjasama dengan hotel-hotel yang ada di Cirebon, untuk mengarahkan parawisata ke sanggarnya, agar mereka tahu beragam kesenian Cirebon, jadi para wisata datang ke Cirebon tidak hanya mencicipi kuliner dan batik Cirebon, tapi mereka juga menikmati seninya, sehingga lengkap,” katanya.
   Di sanggarnya berbagai jenis tari diajarkan seperti tari putri, tari bedaya, tari rimbe, tari pemaisuri, tari topeng lima wanda, tari burung, tari kajongan, ronggeng pesisir-bugis, tari manggala yuda, titi rasa dan lainnya. Tidak hanya itu saja, di sanggar tersebut anak-anak diajarkan pula alat-alat musik sebagai pengiringnya yang dinamakan seni karawitan.

Harapan Cah Mamat ke depannya, ia ingin menjadikan sanggarnya sebagai kampung seni, yang di dalamnya di isi dengan beragam seni khas Cirebon, seperti seni tari, musik, lukis, pahat, juga kerajinan tangan yang bekerja sama dengan masyarakat di kampungnya, serta kuliner malam dan penghijauan. Menurutnya, untuk mewujudkan semua itu, perlu adanya bantuan serta perhatian dari pemerintah, karena aset tersebut yang akan menjadikan Cirebon dikenal oleh seluruh warga Indonesia dan bahkan negara-negara lainnya.

Asal usul tari topeng

Tari topeng merupakan tarian tradisional yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tarian ini dipentaskan oleh penari-penari yang memakai topeng. Keunikan dari tarian ini adalah topeng yang dikenakan mempunyai karakter yang berbeda-beda. Penari yang mementaskan Tari Topeng disebut Dalang. Karena setiap penari memerankan karakter pada topeng yang dikenakan. Tarian ini dapat dipentaskan oleh satu orang penari dan juga dapat dipentaskan oleh beberapa orang penari. Topeng telah ada di dunia sejak zaman pra-sejarah.
Seluas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari. Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut.
Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang. Setiap daerah memiliki tari-tarian dengan keunikannya sendiri. Misalnya, Tari Topeng dari Cirebon, Jawa Barat, merupakan seni tari pertunjukan yang sarat akan simbol-simbol bermakna yang diharapkan bisa dipahami oleh penontonnya. Simbol-simbol yang dimaksud bisa berupa nilai kepemimpinan, cinta, atau kebijaksanaan yang disampaikan melalui media Tari Topeng. Bahkan di Cirebon, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menggunakan tarian ini sebagai alat untuk menyiarkan agama Islam, sekaligus menjadi hiburan di lingkungan keraton.
Tari Topeng sendiri sebenarnya sudah ada sekitar abad ke-10 atau ke-11 Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Panji Dewa, Raja Jenggala di Jawa Timur. Seni tari ini kemudian dibawa oleh seniman jalanan ke Cirebon yang selanjutnya mengalami proses akulturasi. Dari Cirebon, seni tari ini lalu menyebar lagi ke daerah-daerah lain di Jawa Barat. Di provinsi ini, terdapat dua jenis Tari Topeng, yaitu Tari Topeng Cirebon dan Tari Topeng Priangan.
Simbol-simbol sarat makna dari sebuah pementasan Tari Topeng disampaikan melalui warna topeng, jumlah topeng, dan juga jumlah gamelan pengiringnya. Total jumlah topengnya ada sembilan, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lima topeng pokok (panji, samba atau pamindo, rumyang, tumenggung atau patih, kelana atau rahwana) dan empat topeng lainnya lainnya (pentul, nyo atau sembelep, jingananom dan aki-aki) digunakan jika lakon yang dimainkan berjudul Jaka Blowo, Panji Blowo, atau Panji Gandrung.
Lima topeng pokok disebut sebagai Topeng Panca Wanda yang artinya topeng lima watak. Panji, misalnya, diartikan sebagai seorang bayi iyang masih bersih atau tidak berdosa. Pamindo menggambarkan kesatria. Patih menggambarkan kedewasaan.
Meskipun belum mewakili semuanya, sebelum ini telah juga dituliskan tentang kesenian bertopeng, termasuk Wayang Topeng Malangan, Tari Barong, Telek dan Dramatari Topeng. Bali.Dalam artikel ini, kita akan mencoba lebih dekat dengan Tari Topeng dari Cirebon.Disebut sebagai Tari Topeng Cirebon karena ini adalah kesenian tari asli Cirebon yang dalam prakteknya menggunakan properti topeng atau kedok.
 ini juga bisa didapati di Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari dan Brebes. Tari ini terkadang dimainkan oleh satu orang, namun terkadang juga dibawakan oleh beberapa orang.
Salah satu kekhasan tari topeng ini adalah pada gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, sementara iringan musiknya di dominasi oleh kendang dan rebab. Keunikan lainnya adalah adanya proses pewarisan keahlian dari generasi tua kepada yang lebih muda.Seperti diketahui, tari ini memiliki keragaman gaya tarian, adapun proses pewarisan erat hubungannya dengan adat istiadat sebuah desa atau daerah yang memiliki tari topeng dengan kekhasan tersendiri
Topeng Cirebon biasanya terbuat dari bahan kayu lunak sehingga mudah dibentuk, misalnya kayu Jaran, kayu Waru, kayu Mangga ataupun kayu Lame. Meski terbuat dari bahan yang lunak, tetap dibutuhkan ketekunan, ketelitian dalam pembuatannya.
Bahkan bagi seorang pengrajin ahli, membuat satu topeng membutuhkan waktu hingga satu hari. Disamping adanya proses pewarisan keahlian dari generasi ke generasi, kelestarian tradisi pembuatan topeng berkembang seiring dengan perkembangan kesenian yang menggunakannya, diantaranya adalah Tari Topeng Cirebon.
Sebagai sebuah karya seni, topeng dibuat bukan hanya dipandang sebagai kedok penutup wajah. Dalam filosofi kebudayaan Cirebon, topeng lebih berfungsi sebagai hiasan bagian depan sorban atau penutup kepala.
 topeng sendiri dalam lingkup masyarakat Cirebon terbentuk dari dua kata yakni “ketop-ketop” yang berarti berkilauan dan “gepeng” yang berarti pipih. Kedua istilah tersebut mewakili sebuah elemen yang ada di bagian muka sobrah atau tekes, yaitu hiasan di kepala sang penari.Topeng Cirebonan hadir dalam beragam jenis, namun ada lima topeng utama yang biasa ditampilkan dan dikenal dengan Topeng Panca Wanda (topeng lima wanda atau lima rupa), diantaranya sebagai berikut :
Topeng Panji : Berwajah putih bersih sebagai penggambaran kesucian bayi yang baru lahir.
Topeng Samba (Pamindo) : Mewakili wajah anak-anak yang ceria, lucu dan lincah.
Topeng Rumyang : Dibentuk untuk melambangkan seorang remaja.
Topeng Patih (Tumenggung) : Mewakili wajah kedewasaan, berkarakter tegas, berkepribadian dan bertanggung jawab.
Topeng Kelana (Rahwana) : Dibentuk sedemikian rupa untuk menggambarkan seseorang yang sedang marah.
Selain Topeng Panca Wanda diatas, pada era sebelum 70-an terdapat topeng-topeng lain sebagai pelengkap babak dalam pagelaran tari Topeng Cirebon. topeng-topeng pelengkap adalah Tembem, Pratajaya, Prasanta, Sabdapalon, Pentul, Sadugawe, Nayagenggong/Gareng, Sentingpraya, serta Ngabehi SubakramaPada masa Kerajaan Jenggala berkuasa di bawah pemerintahan Prabu Amiluhur atau Prabu Panji Dewa, tarian tersebut masuk ke Cirebon melalui seniman jalanan.
 Cirebon, tari topeng kemudian mengalami perpaduan dengan kesenian setempat sehingga melahirkan sebuah kesenian topeng yang khas.
Selanjutnya, mengingat Cirebon adalah salah satu pintu masuk tersebarnya Agama Islam di Tanah Jawa, hal ini turut berdampak pula pada perkembangan seni tradisi yang telah ada sebelumnya.
Adalah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang menjadi tokoh sentralnya pada tahun 1470 hingga menjadikan wilayah Cirebon sebagai pusat penyebaran Islam. Sebagai upaya untuk menyebarkan agama baru tersebut, Sunan Gunung Jati pun bekerja sama dengan Sunan Kalijogo.
Keduanya berusaha memfungsikan Tari Topeng yang ada sebagai bagian dari upaya penyebaran Islam sekaligus sebagai tontonan di lingkungan keraton. Selain tari ini ada juga 6 jenis kesenian lainnya yakni Wayang Kulit, Gamelan Renteng, Brai, Angklung, Reog dan Berokan.
Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon pada tahun 1479, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini terkenal sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu.
Saking saktinya, Sunan Gunung Sakti beserta Sunan Kalijogo dan Pangeran Cakrabuana tidak mampu menandinginya. Akhirnya diambillah jalan diplomasi kesenian.
Keputusan tersebut kemudian melahirkan kelompok tari dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Menariknya, seiring dengan populernya kesenian ini, Pangeran Welang jatuh hati pada penarinya, bahkan rela menyerahkan pedang Curug Sewu sebagai pertanda cintanya.
Penyerahan senjata berarti pula hilangnya kesaktian sang pangeran. Dia menyerah dan kemudian setia pada Sunan Gunung Jati dengan ditandai pergantian namanya menjadi Pangeran Graksan.

Sejarah seni tari topeng

   

SEJARAH SENI TARI TOPENG
Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang ada di Cirebon. Tari ini dinamakan tari topeng karena ketika beraksi sang penari memakai topeng. Konon pada awalnya, Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.
Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati.
Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang
Dalam tarian ini biasanya sang penari berganti topeng hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan.
Tarian ini diawali dengan formasi membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada penonton dan sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai. Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi dengan rentangan tangan dan senyuman kepada para penontonnya.
Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan membelakangi penonton dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng berwarna putih, topeng ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah dimulai. Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para penari itu berbalik arah membelakangi para penonton sambil mengganti topeng yang berwarna putih itu dengan topeng berwarna biru. Proses serupa juga dilakukan ketika penari berganti topeng yang berwarna merah.
Uniknya, seiring dengan pergantian topeng itu, alunan musik yang mengiringinya maupun gerakan sang penari juga semakin keras. Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika topeng warna merah dipakai para penari.
Tarian ini sebenarnya sudah ada sejak abad ke 10 Masehi, pada masa pemerintahan Prabu Panji Dewa yang merupakan Raja Jenggala di Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu, dari Cirebon tarian ini kemudian menyebar ke daerah-daerah di Jawa Barat.
Tarian ini mengandung simbol-simbol yang mempunyai makna tertentu. Simbol-simbol yang terdapat pada tarian ini dapat berupa cinta, nilai kepemimpinan dan kebijaksanaan. Pada saat pementasan tarian ini, diharapkan para penonton paham akan simbol-simbol yang disampaikan oleh penari.
Bahkan Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga menggunakan tarian ini sebagai media dakwah untuk penyebaran agama Islam dan juga dapat menjadi hiburan disekitar keraton.
 Topeng Cirebon ini adalah satu kesenian seni tari asli dari Cirebon termasuk juga dari daerah  Indramayu, Jatibarang, Losari dan Brebes, Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan, mengapa dinamakan tari topeng karena memang ketika beraksi sang penari memakai topeng.
Tari Topeng Cirebon, kini menjadi salah satu tarian yang sangat langka, karena Seni tari ini adalah warisan pada zaman Kerajaan Cirebon yang sering dipentaskan di kerajaan, Penari dan penabuh gamelan hidup berkecukupan karena ditanggung oleh Raja.
Namun raja-raja Cirebon  tak bisa terus menerus menghidupi kelompok kesenian karena kegiatan ekonominya diatur oleh pemerintah kolonial Belanda, sehingga saat itu para penari dan penabuh gamelan akhirnya mencari mata pencaharian dengan mbebarang  atau pentas keliling kampung.
Dahulu pada tahun 1980 an Seni tari Topeng ini sering di peragakan oleh sekelompok penari jalanan untuk mencari nafkah dan berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya di kota Cirebon.
Sejak itu, Tari Topeng Cirebon mulai dikenal di pedesaan. Grup-grup Tari Topeng Cirebon bermunculan dan beberapa grup tari topeng sibuk mbebarang  dari desa ke desa untuk memeriahkan hajatan. tapi entah mengapa saat ini sudah sangat jarang di peragakan oleh para grup tari keliling.
Sejarah Tari Topeng Cirebon
Konon pada awalnya, Tari Topeng Cirebon ini  diciptakan oleh sultan Cirebon yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang Curug Sewu.
Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.
Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya.
Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan.
Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang.
Dalam tarian ini biasanya sang penari berganti topeng hingga tiga kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup dengan topeng warna merah.
Uniknya, tiap warna topeng yang dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang dari karakter tokoh yang diperankan. Tarian ini diawali dengan formasi membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada penonton dan sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai.
Setelah itu, kaki para penari digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi dengan rentangan tangan dan senyuman kepada para penontonnya.
Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan membelakangi penonton dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng berwarna putih, topeng ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah dimulai.
Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para penari itu berbalik arah membelakangi para penonton sambil mengganti topeng yang berwarna putih itu dengan topeng berwarna biru.
Proses serupa juga dilakukan ketika penari berganti topeng yang berwarna merah. Uniknya, seiring dengan pergantian topeng itu, alunan musik yang mengiringinya maupun gerakan sang penari juga semakin keras.
Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika topeng warna merah dipakai para penari.
Setiap pergantian warna topeng itu menunjukan karakter tokoh yang dimainkan, misalnya warna putih. Warna ini melambangkan tokoh yang punya karakter lembut dan alim.
Sedangkan topeng warna biru, warna itu menggambarkan karakter sang ratu yang lincah dan anggun. Kemudian yang terakhir, warna merah menggambarkan karakter yang berangasan (temperamental) dan tidak sabaran.
Busana yang dikenakan penari biasanya selalu memiliki unsur warna kuning, hijau dan merah yang terdiri dari toka-toka, apok, kebaya, sinjang dan ampreng

Rabu, 18 Desember 2019

Sejarah Tari Topeng

                         Sejarah Tari Topeng




Pada umumnya kita sudah mengetahui bahwa tari topeng berasal dari Cirebon, meskipun ada beberapa tari topeng lain dari beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu, tari topeng yang berasal dari Cirebon biasa kita sebut sebagai ‘Tari Topeng Cirebon’. Kebetulan dikesempatan ini  saya ingin membahas sejarah tari topeng Cirebon, dimana saya sebagai masyarakat Cirebon pun belum mengenal terlalu jauh sejarah tari topeng. Jadi, ayo kita belajar bersama mengulik lebih jauh sejarah yang sejujurnya kita baru tahu secuil dari banyaknya kisah/cerita yang tersebar di masyarakat khususnya masyarakat Cirebon maupun masyarakat luas.
       Dalam sejarahnya, jauh sebelum keberadaan tari
topeng di Cirebon, tarian sejenis telah tumbuh dan berkembang di Jawa Timur sejak abad 10-16 Masehi.


Pada masa Kerajaan Jenggala berkuasa di bawah pemerintahan Prabu Amiluhur atau Prabu Panji Dewa, 
tarian tersebut masuk ke Cirebon melalui seniman jalanan. Di Cirebon, tari topeng kemudian mengalami perpaduan dengan kesenian setempat sehingg melahirkan sebuah kesenian topeng yang khas.
Selanjutnya, mengingat Cirebon adalah salah satu pintu masuk tersebarnya Agama Islam di Tanah Jawa, hal ini turut berdampak pula pada perkembangan budaya dan tradisi yang telah ada sebelumnya. Adalah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang menjadi tokoh sentralnya pada tahun 1470 hingga menjadikan wilayah Cirebon sebagai pusat penyebaran Islam. Sebagai upaya untuk menyebarkan agama baru tersebut, Sunan Gunung Jati pun bekerja sama dengan Sunan Kalijogo.

Kamis, 12 Desember 2019

Kesenian tari topeng

                 


  Seni tari ialah suatu gerak badan yang secara berirama yang dilakukan ditempat serta waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkap perasaan, maksud, serta pikiran. Bunyi-bunyian yang dimaksud ialah musik pengiring tari mengatur suatu gerakan penari serta menguatkan sebuah maksud yang mau di sampaikan. Gerakan tari ini tidak sama dari gerakan sehari-hari yang seperti lari, jalan, atau bersenam.
Gerak didalam tari tidaklah gerak yang realistis, tetapi gerak yang sudah di beri suatu bentuk ekspresif serta estetis. Suatu tarian sesungguhnyaialah sebuah kombinasi dari sebagian unsur, yakni wiraga (raga), Wirama (irama), serta Wirasa (rasa). Ketiga unsur ini melebur jadi sebuah bentuk tarian yang serasi. Unsur paling utama dalam tari yaitu sebuah gerak. Gerak tari senantiasa melibatkan suatu unsur anggota badan manusia. Unsur-unsur anggota badan itu di dalam membuat sebuah gerak tari bisa berdiri dengan sendiri, berhimpun maupun bersambungan.
Yang dimaksud dengan seni tari adalah sebuah kesenian yang menggunakan gerak tubuh yang dilakukan secara berirama, dilaksanakan pada tempat dan waktu tertentu dengan tujuan sebagai ungkapan perasaan, maksud, maupun pikiran. Jadi tarian merupakan gabungan dari 3 unsur yaitu unsur raga, irama, dan rasa.
Tarian dapat disebut juga sebagai ungkapan dari jiwa manusia dengan gerak ritmis, sehingga dapat memunculkan daya pesona. Yang dimaksud dengan ungkapan jiwa yaitu meliputi ungkapan rasa dan emosional dan dibareng dengan kehendak.
Gerakan pada tarian selalu di iringi dengan musik. Musik tersebut berguna untuk mengatur gerakan seorang penari maupun untuk menyampaikan maksud pesan tarian tersebut. Setiap seni tari memiliki gerakan dan ciri khasnya masing-masing.
   Salah satu tarian di indonesia adalah Tari topeng yang terdapat di daerah cirebon.
   Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan Cirebon. Kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari, dan Brebes. Disebut tari topeng karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Pada pementasan tari Topeng Cirebon, penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan karakter topeng-topeng tersebut.
   Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh satu penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Tari Topeng sendiri sebenarnya sudah ada sekitar abad ke-10 atau ke-11 Masehi, tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Panji Dewa, Raja Jenggala di Jawa Timur. Seni tari ini kemudian dibawa oleh seniman jalanan ke Cirebon yang selanjutnya mengalami proses akulturasi. Dari Cirebon, seni tari ini lalu menyebar lagi ke daerah-daerah lain di Jawa Barat. Di provinsi ini, terdapat dua jenis Tari Topeng, yaitu Tari Topeng Cirebon dan Tari Topeng Priangan.
Simbol-simbol sarat makna dari sebuah pementasan Tari Topeng disampaikan melalui warna topeng, jumlah topeng, dan juga jumlah gamelan pengiringnya. Total jumlah topengnya ada sembilan, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lima topeng pokok (panji, samba atau pamindo, rumyang, tumenggung atau patih, kelana atau rahwana) dan empat topeng lainnya lainnya (pentul, nyo atau sembelep, jingananom dan aki-aki) digunakan jika lakon yang dimainkan berjudul Jaka Blowo, Panji Blowo, atau Panji Gandrung.
Lima topeng pokok disebut sebagai Topeng Panca Wanda yang artinya topeng lima watak. Panji, misalnya, diartikan sebagai seorang bayi iyang masih bersih atau tidak berdosa. Pamindo menggambarkan kesatria. Patih menggambarkan kedewasaan.
   Kesenian Tari Topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya. Salah satu sanggar tari topeng yang ada di Cirebon ini yaitu Sanggar seni klapa jajar yang beralamat di jalan kanoman utara kec.pekalipan kel.pekalipan kota Cirebon
Sanggar Klapa Jajar yang dipimpin oleh bapak Mamat Nur Rachmat atau biasa di panggil Cah Mamat. Sanggar ini di bangun oleh ayah cah mamat yang bernama Agus Djoni Arka Ningray pada tahun 1970an.  Nama sanggar tersebut diambil dari nama gang kelapa jajar.
  Sanggar tersebut sangat diminati banyak masyarakat,terutama kalangan muda. Sanggar tersebut juga memiliki ciri khas yaitu mengembangkan kesenian tradisional dengan kolaborasi unsur modern.
  Dalam sanggar Klapa Jajar ini diajarkan berbagai jenis tari seperti tari topeng lima wanda, tari bedaya, tari rimbe, tari burung,tari kajongan, ronggeng pesisir-bugis, tari manggala yuda, titi rasa dan lainnya.
Tidak hanya jenis tari saja, namun disanggar tersebut diajarkan alat-alat musik sebagai pengiringnya yang dinamakan seni karawitan.
  Setiap hari, anak usia sekolah dasar hingga mahasiswa sekitar 200orang bergantian latihan tanpa dipungut biaya atau gratis. Aktivitas dimulai pukul 14.30 WIB. Namun, hari jumat tidak ada aktivitas karena malam nya yasinan.
Tidak hanya untuk muda saja, namun khususnya untuk ibu-ibu yang anaknya aktif disanggar. Setiap kali pentas, para ibu-ibu ini dilatih skill nya untuk mendandani putra-putrinya sebelum tampil.
 Agenda sanggar seni klapa Jajar ini rutin setiap bulan mengadakan pentas sebagai bentuk apresiasi dan sudah berdiri selama 30tahun lebih. Sanggar ini telah dipercaya untuk melakukan berbagai pementasan, baik untuk sosial,adat,keagamaan,maupun pementasam dalam ajang festival-festival kebudayaan di berbagai kota di Indonesia. Lalu, sanggar seni inipun dipercaya pula oleh keraton kanoman untuk tampil dalam festival keraton Nusantara di Kalimantan tengah.
Selain itu, sanggar seni klapa jajar pun pernah tampil dalam ajang karawitan muda yang digelar unesco di Jakarta.
  Harapan Cah Mamat ke depannya, ia ingin menjadikan sanggarnya sebagai kampung seni, yang di dalamnya di isi dengan beragam seni khas Cirebon, seperti seni tari, musik, lukis, pahat, juga kerajinan tangan yang bekerja sama dengan masyarakat di kampungnya, serta kuliner malam dan penghijauan.
Menurutnya, untuk mewujudkan semua itu, perlu adanya bantuan serta perhatian dari pemerintah, karena aset tersebut yang akan menjadikan Cirebon dikenal oleh seluruh warga Indonesia dan bahkan negara-negara lainnya.
  “Bagi yang ingin belajar, kami fasilitasi tanpa dimintai biaya, memang kalau dihitung dengan matimatika itu semua biaya yang dikeluarkan banyak, tapi kan yang memberikan rizqi Allah, dan alhamdulillah bisa berjalan lancar. Dan kami hanya media penyalur bakat. Mereka berbakat di bidang tari atau di bidang musik itu kami arahkan, karena mereka semua aset sanggar ini,” kata cah mamat
“Nantinya kami akan kerjasama dengan hotel-hotel yang ada di Cirebon, untuk mengarahkan parawisata ke sanggarnya, agar mereka tahu beragam kesenian Cirebon, jadi para wisata datang ke Cirebon tidak hanya mencicipi kuliner dan batik Cirebon, tapi mereka juga menikmati seninya, sehingga lengkap,” katanya.
Maka dari itu, seni tari mempunyai banyak makna karena tujuan dari seni tari adalah untuk mengembangkan budaya indonesia dan memperkenalkan budaya indonesia ke negara lain dan bermanfaat bagii tubuh karena sebagian dari olahraga juga,Untuk mengembangkan bakat pd org itu sendiri dan menunjukan berbagai macam tari kepada orang-orang,dan melestarikan kebudayaan negara sendiri,mengajak kita berimajinasi,meningkatkan daya kreatif.