Selasa, 21 Januari 2020

Jenis dan gaya tari

JenisSunting


Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah tari topeng kelana kencana wungu merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana wungu yang dikejar-kejar oleh prabu Minakjingga yang tergila-tergila padanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia. Kencana Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Minakjingga (disebut juga kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, tempramental dan tidak sabaran. Tari ini merupakan karya Nugraha Soeradiredja.

Gaya tarianSunting


Pada tari Topeng Cirebon terdapat beberapa gaya tarian yang secara yang telah diakui secara adat[4][5], gaya-gaya ini berasal dari desa-desa asli tempat di mana tari Topeng Cirebon lahir dan juga dari desa lainnya yang menciptakan gaya baru yang secara adat telah diakui lepas dari gaya lainnya. Endo Suanda seorang peneliti tari Cirebon melihat perbedaan gaya tari Topeng Cirebon antar daerah tersebut dikarenakan adanya penyesuaian selera penonton dengan nilai estetika gerak tarian di atas panggung[5], berikut beberapa gaya tari Topeng Cirebon:

Tari Topeng Cirebon gaya BeberSunting


Dalang Sendi Setiyawan sedang menggayakan tari Topeng Cirebon gaya Beber dengan pakaian klasik dalang tari Topeng Cirebon yang dipinjam dari ISBI Bandung oleh Ki dalang Panji Surono
Tari Topeng Cirebon gaya Beber adalah salah satu gaya tari Topeng Cirebon yang lahir di desa Beberkecamatan Ligungkabupaten MajalengkaJawa Barat. Sejak abad ke 17, awalnya tari Topeng yang ada di desa Beber dibawa oleh seorang seniman dari GegesikCirebon yang bernama Setian, tetapi menurut para ahli Dalang Topeng Cirebon gaya Beber seperti mimi Yayah dan Ki Dalang Kardama yang pertama kali membawa tarian Topeng ke desa Beber dan menjadi tari Topeng Cirebon gaya Beber adalah mimi Sonten dan Surawarcita yang masih berasal dari Gegesik sejak itu menurunkan beberapa generasi para seniman.

Babak tarianSunting

Pembagian babak pada tari topeng Cirebon gaya Beber menurut Ki Andet Suanda dilakukan dengan berdasar para interpretasi tentang sifat dan kesadaran manusia.[6]
  • Topeng Panji, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang halus
  • Topeng Samba, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sedang tumbuh
  • Topeng Temenggung, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sudah dewasa
  • Topeng Jinggananom + Temenggung, merupakan sebuah penggambaran dari pertarungan antara jiwa yang memiliki nafsu baik dan nafsu jahat
  • Topeng Klana, merupakan sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang penuh dengan hawa nafsu dan emosi
  • Topeng Rumyang, merupakan sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang sudah melepaskan nafsu duniawinya dan menjadi manusia yang harum.
Babak Rumyang pada tari Topeng Cirebon gaya Beber dipentaskan di akhir pagelaran, menurut Ki Pandi Surono (budayawan Cirebon sekaligus maestro tari Topeng Cirebon gaya Beber) pada masa lalu pagelaran tari Topeng Cirebon terutama gaya Beber dilakukan pada malam hari dan babak Rumyang dipentaskan mendekati terbitnya matahari saat sinar matahari terlihat samar-samar (bahasa Cirebonramyang-ramyang) dari kata ramyang inilah kemudian babak ini dinamakan, keterangan lebih lanjut tentang filosofi babak rumyang yang dipentaskan diahkhir setelah babak Topeng Klana yang merupakan proyeksi dari jiwa yang penuh nafsu dan emosi dijelaskan oleh Ki Waryo (budayawan Cirebon sekaligus dalang Wayang Kulit Cirebon gaya Kidulan (Palimanan) dan seorang ahli pembuat Topeng Cirebon) putera dari Ki Empek. Ki Waryo menjelaskan bahwa filosofi dari Rumyang terkait dengan sebuah proyeksi jiwa manusia yang sudah meninggalkan nafsu duniawinya dan menjadi manusia yang utuh (manusia harum) karena sudah tidak terbelenggu lagi dengan nafsu duniawi. Rumyang diartikan kedalam dua buah kata yaitu arum (bahasa Indonesia: harum) dan yang (bahasa Indonesia: manusia / orang) sehingga Rumyang diartikan secara harafiah menjadi manusia yang harum

Dalang tari Topeng Cirebon gaya BeberSunting

  • Para dalang tari Topeng Cirebon yang terkenal jamannya di antaranya Andet Suanda, Ening Tasminah, H. Warniti yang kesemuanya telah almarhum, Generasi berikutnya yaitu Rohati (anak tunggal dari Ening Tasminah), Iyat (telah almarhum), Iis, Nengsih, juga para buyut, cucu serta pewarisnya yaitu Yayah, istri dari Ki dalang Suhadi di desa Randegan (sekarang telah mekar menjadi desa Randegan Kulon dan desa Randegan Wetankecamatan Jatitujuhkabupaten Majalengka ), Een di Beber dan Ki Pandi Surono (anak dari dalang Rohati dan cucu dari dalang Ening Tasminah) yang membina Sanggar Anggraeni.

0 komentar:

Posting Komentar